KETERAMPILAN MENULIS
PENGEMBANGAN PARAGRAF







Di susun oleh: Kelompok 6 :

Faizatur Rohmah (115110701111001)


Dosen Pembimbing
Didin Widyartono, S.S., S.Pd, M.Pd
Universitas Brawijaya
Fakultas Ilmu Budaya
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
November 2011


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala rahmat dan hidayah Allah SWT, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini membahas tentang Pengembangan Paragraf dalam Mata Kuliah Keterampilan Menulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing sekaligus dosen kami Mata Kuliah Keterampilan Menulis bapak Didin Widyartono, S.S., S.Pd, M.Pd Kemudian, kepada seluruh teman-teman seperjuangan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas A Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, baik dalam penulisan maupun isi, untuk itu kami mohon maaf. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.



Malang, 12 November 2011



Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Paragraf atau alinea berlaku pada bahasa tulis, sedangkan pada bahasa lisan digunakan istilah paraton (Brown dan Yule, 1996). Paragraf merupakan suatu kesatuan bentuk pemakaian bahasa yang mengungkapkan pikiran atau topik dan berada di bawah tataran wacana. Paragraf memiliki potensi terdiri atas beberapa kalimat. Paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat tidak mengalami pengembangan. Setiap paragraf berisi kesatuan topik, kesatuan pikiran atau ide. Dengan demikian, setiap paragraf memiliki potensi adanya satu kalimat topik atau kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas. Oleh Ramlan, (1993) pikiran utama atau ide pokok merupakan pengendali suatu paragraf.
Pengidentifikasian secara formal suatu paragraf begitu mudah, karena secara visual paragraf biasanya ditandai adanya indensasi. Yang menjadi persoalan, apakah bentuk yang secara visual dikenali sebagai paragraf tersebut secara otomatis berisi satu satuan pokok pikiran? Idealnya tentulah ya, bila paragraf telah dikembangkan secara baik. Namun, kenyataannya belum tentu demikian karena belum tentu paragraf dikembangkan secara benar. Disinilah pentingnya pengembangan paragraf. Pada kesempatan ini akan disajikan secara berturut pembentukan paragraf, kerangka paragraf, pengembangan paragraf berdasarkan teknik, dan pengembangan paragraf berdasarkan isi secara serba singkat.
Makalah ini akan membahasas tentang Pengembangan Paragraf, Pembahasan mengenai Pengembangan Paragraf meliputi Memahami Konsep Paragraf, Memilih Jenis Paragraf sesuai Tujuan Penulisan, dan Pengembangan Paragraf.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Konsep Paragraf?
2. Bagaimana cara Memilih Jenis Paragraf sesuai Tujuan Penulisan?
3. Bagaimana cara Mengembangkan Paragraf?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep Paragraf.
2. Untuk mengetahui cara Memilih Jenis Paragraf sesuai Tujuan Penulisan.
3. Untuk mengetahui cara Mengembangkan Paragraf.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Memahami Konsep Paragraf
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, paragraf adalah bagian dari bab sebuah karangan yang mengandung ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru. Kridalaksana dalam kamus linguistik menyebutkan bahwa paragraf merupakan satuan wacana yang mengungkap sebuah tema dan perkembangannya, berkaitan keseluruhan isinya, dapat terdiri atas satu atau sekelompok kalimat. Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah sebuah wacana berwujud ide pokok dan penjelasannya yang saling berkaitan keseluruhan isinya. Penulisan paragraf dapat dilakukan dengan dua cara berikut ini :
1. Kalimat pertama ditulis sedikit menjorok ke dalam dan jarak antar spasi tiap paragraf sama.
2. kalimat pertama ditulis rata dengan kalimat paragraf sebelumnya (tidak menjorok) ke dalam dan jarak antar spasi tiap paragraf berbeda.
Paragraf yang baik memiliki pokok pikiran yang dijelaskan dengan beberapa pikiran penjelas. Ide pokok diwujudkan dalam kalimat utama, sedangkan pikiran penjelas diwujudkan dalam beberapa kalimat penjelas. Namun untuk paragraf narasi pokok pikiran tersebar di seluruh bagian kalimat yang memberikan uraian jalannya cerita. Hubungan keterikatan dalam paragraf mutlak diperlukan sebagai syarat paragraf yang baik. Hal ini penting untuk mempermudah pemahaman pembaca. Hubungan keterikatan ini disebut koherensi dan kohesi.
Koherensi, sebagaimana yang dinyatakan Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah hubungan logis antarkalimat sebuah paragraf disebut koherensi. Hubungan logis ini dibangun untuk menciptakan kesatuan makna. Kalimat-kalimat yang dirangkai dan dipisahkan dengan tanda titik (.) memiliki hubungan yang dapat diterima dengan akal. Hubungan ini erat kaitannya dengan makna sebagai bentuk kalimat penjelas dari kalimat utama. Semakin erat dan logis hubungan kalimat akan semakin mempermudah pemahaman pembaca atas rangkaian makna yang tersaji.
Kohesi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah keterikatan antarunsur dalam struktur sintaksis atau struktur wacana dengan penanda konjugasi, pengulangan, penyulihan, dan pelesapan. Selain memiliki hubungan logis antarkalimat, paragraf memiliki keterikatan unsur-unsur pembangun sebagai penanda. Unsur-unsur ini memiliki keterikatan erat karena merujuk pada acuan kalimat sebelumnya. Jika koherensi mengacu pada rujukan makna, acuan kohesi adalah unsur-unsur penanda struktur kalimat. Misalkan Dia tetap berangkat sekolah meskipun hujan.
Paragraf yang baik tidak hanya membahas tentang pokok pikiran, pokok penjelas, koherensi, dan kohesi, namun juga membahas tentang kesatuan ide. Kesatuan ide ini dapat diterjemahkan sebagai adanya satu ide pokok dalam sebuah paragraf. Kehadiran hanya satu ide pokok mempermudah pemahaman pembaca. Oleh karena itu, dalam karangan ilmiah sebaiknya menggunakan pengembangan deduktif (letak ide pokok di awal paragraf) atau pengembangan induktif (letak ide pokok di akhir paragraf).
Penggunaan ejaan juga menjadi faktor pendukung dalam menulis paragraf yang baik. Tentu ejaan yang dipakai adalah ejaan yang berlaku, yaitu EYD yang sudah diresmikan sejak tahun 1972. Pemakaian tanda baca, penulisan huruf, dan penulisan kata yang tepat sangat membantu pembaca untuk lebih memahami gagasan penulis.
Uraian di atas setidaknya dapat memberikan gambaran paragraf yang baik. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk mengembangkan paragraf dalam karangan ilmiah. Jadi, dapat simpulkan bahwa syarat paragraf yang baik adalah a) mempunyai satu pokok pikiran, b) mempunyai pikiran penjelas, c) mempunyai hubungan koherensi dan kohesi, d) mengandung kesatuan ide, dan e) penggunaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
2.2 Memilih Jenis Paragraf sesuai Tujuan Penulisan
Penggunaan jenis paragraf sangat bergantung pada tujuan penulisan. Tiap-tiap jenis paragraf memiliki karakter tertentu. Karakater-karakter ini harus digunakan sesuai dengan tujuan penulisan.
1. Paragraf Deskripsi
Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran secara jelas dan terperinci. Rangkaian kata digunakan untuk memberikan paparan/gambaran secara mendalam. Pembaca benar-benar memperoleh sebuah gambaran seolah-olah nyata. Pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan sendiri.
Melalui karakter deskripsi di atas, paragraf deskripsi sangat cocok digunakan penulis yang bertujuan untuk memberi gambaran/paparan dengan jelas seolah-olah pembaca melihatnya sendiri. Penulis memberikan gambaran apa adanya secara runtut agar pembaca dapat dengan mudah memahami bagian-bagian paparan yang gamblang. Bagian-bagian paparan ini akan membentuk kesatuan gambaran yang utuh.
Contoh paragraf deskripsi:
Rumah megah itu kelihatan sangat angker. Apalagi jika dilihat dari dalam, sungguh memberikan kesan rumah ini tidak terawat dengan baik. Cat dindingnya kusam, terkelupas, dan di sekelilingnya ditumbuhi rumput.
2. Paragraf Eksposisi
Sesuai nama paragraf ini, eksposisi berarti uraian/paparan yang bertujuan menjelaskan maksud dan tujuan penulis. Penulis jika ingin menggunakan paragraf ini harus mengetahui maksud dan tujuan apa yang ingin disampaikan kepada pembaca. Tak jarang pula paragraf ini digunakan untuk menjelaskan tahapan langkah/cara/proses kerja.
Berdasarkan karakter eksposisi di atas, paragraf ini sangat tepat digunakan oleh penulis yang ingin menyampaikan informasi khusus secara mendalam. Selain itu, paragraf ini juga dapat digunakan penulis yang ingin menyampaikan cara/proses kerja sesuatu. Jadi, paragraf ini cocok digunakan untuk menyampaikan informasi khusus secara terperinci dan informasi cara/proses kerja sesuatu.
Contoh paragraf eksposisi berupa informasi khusus:
Kegiatan membaca intensif merupakan upaya membaca secara teliti atau membaca secara seksama terhadap teks bacaan. Tujuan membaca intensif, yaitu untuk mendapatkan pemahaman isi bacaan secara tepat dan rinci.
Contoh paragraf eksposisi berupa tahapan/cara/proses kerja sesuatu:
Cara bertanam secara hidroponik di dalam pot sebagai berikut.
(1) Isi pot dengan kerikil hingga memenuhi seperempat pot.
(2) Letakkan bibit tanaman yang akarnya telah dicuci bersih.
(3) Timbun dengan kerikil hingga tanaman tegak.
(4) Isi air sampai seperempat pot.
(5) Setelah tiga minggu, buanglah air dan diganti dengan larutan pupuk.



3. Paragraf Argumentasi
Argumentasi merupakan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Pendapat, pendirian, atau gagasan masih dapat dibantah dengan kekuatan masing-masing argumen. Paragraf argumentasi digunakan untuk memberikan pernyataan disertai paparan alasan-alasan yang kuat untuk memperkokoh pernyataan. Paragraf ini sangat cocok digunakan oleh penulis yang ingin menyampaikan pernyataan disertai penjelasan-penjelasan untuk mendukung pernyataan tersebut. Penjelasan-penjalasan ini berupa alasan-alasan yang dikemukakan oleh penulis.
Berikut ini contoh paragraf argumentasi.
Air yang tergenang di kaleng-kaleng bekas, selokan, dan bak mandi harus dibersihkan secara rutin. Air yang tergenang itu tidak boleh dibiarkan begitu saja. Hal ini disebabkan akan menjadi sarang nyamuk. Nyamuk akan bertelur dan berkembangbiak di genangan air yang tidak dibersihkan.
4. Paragraf Persuasi
Definisi persuasi adalah ajakan kepada seseorang dengan memberikan alasan dan prospek baik yang disampaikan dengan meyakinkan. Karakter ajakan kepada seseorang diwujudkan melalui rangkaian kalimat yang membujuk. Kalimat-kalimat ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa pendapat yang disampaikan benar adanya.
Paragraf persuasi merupakan karangan yang bertujuan membuktikan pendapat melalui upaya memengaruhi seseorang untuk tetap teguh pada pendirian atau malahan mengajak untuk menjadi berubah. Tetap atau berubahnya pendirian seseorang sangat bergantung pada harapan penulis. Penulis dapat membujuknya melalui rangkaian kalimat bujukan halus secara meyakinkan.
Berikut ini contoh paragraf argumentasi.
Penggunaan pestisida untuk tanaman dalam jangka waktu yang lama malah tidak bermanfaat. Pestisida dan pupuk kimia pada awalnya diharapkan mampu menjadi menyuburkan tanaman dan memberantas hama malah justru mencemari lingkungan dan membuat tanah menjadi lebih keras. Oleh karena itu, hindarilah penggunaan pestisida secara berlebihan.

5. Paragraf Narasi
Narasi merupakan pengisahan atau kejadian (KBBI). Rangkaian peristiwa terjalin menjadi sebuah alur cerita. Alur cerita ini umumnya melibatkan tokoh, tempat, dan waktu. Karakter untuk menceritakan sesuatu kejadian sangat dominan dalam narasi.
Paragraf narasi sangat cocok digunakan penulis yang bertujuan untuk mengisahkan sebuah peristiwa atau kejadian. Tokoh-tokoh yang ada melewati tempat dan melintasi waktu. Paragraf ini merangkaikan peristiwa yang susul-menyusul hingga membentuk cerita yang disampaikan tokoh-tokohnya.
Berikut ini contoh paragraf argumentasi.
Alka terkejut mendengar suara Jay di bawah sungai. Dengan segera ia mengulurkan tangan untuk mengangkat tubuh yang tengah memegang erat akar-akar pohon. Rupanya Jay terpeleset saat melintasi anak sungai itu.
2.3 Pengembangan Paragraf
Pengembangan paragraf merupakan penyusunan kalimat melalui penataan dan penalaran. Pendapat ditata sesuai dengan nalar pembaca. Hal ini bertujuan agar paragraf yang dikembangan penulis dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.
Penalaran merupakan suatu cara berpikir secara tepat, runtut, dan logis. Penalaran ini bertujuan untuk mengarahkan pemahaman pembaca pada makna yang diharapkan penulis. Pengetahuan ini sangat penting diperlukan guna membantu dalam penataan gagasan yang dikemukakan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pembaca menerima informasi yang dipaparkan melalui pengaturan pikiran yang sangat logis. Berikut ini jenis-jenis penalaran untuk mengembangkan paragraf.
1. Penalaran Induksi
Penalaran induksi adalah penalaran yang dimulai dari peristiwa-peristiwa yang khusus, kemudian ke peristiwa yang sifatnya umum. Penalaran induksi dibagi menjadi tiga berikut ini.
a. Penalaran Generalisasi
Penalaran ini berdasarkan data yang sesuai dengan fakta. Data yang berupa fakta-fakta diperoleh melalui penilaian, pengamatan, atau hasil survei. Data yang diperoleh harus representatif, artinya data dianggap dapat mewakili fakta yang sebenarnya. Jenis penalaran ini dimulai dengan mengemukakan peristiwa-peristiwa yang khusus, kemudian menuju peristiwa-peristiwa yang umum.
Perhatikan contoh berikut ini!
Selama hampir tiga bulan kami mengumpulkan data berdasarkan pengamatan kepada siswa SMA Negeri 21 Kota Maju. Saat upacara, semua siswa memakai sepatu putih dan kaos kaki putih. Pakaian mereka putih-putih dan kemeja dimasukkan ke dalam celana dan ke dalam rok. Mereka memakai ikat pinggang warna hitam. Pakaian mereka dilengkapi dengan dasi warna merah. Jadi, dapat dikatakan bahwa siswa SMA Negeri 21 Kota Maju menggunakan pakaian seragam dan tertib sewaktu mengikuti upacara.
b. Penalaran Analogi
Penalaran ini berupaya untuk membandingkan dua hal yang berbeda, sekaligus memiliki persamaan. Berdasarkan kesamaan tersebut dapat ditariklah kesimpulan. Penalaran ini berpijak pada dua peristiwa khusus yang sama, kemudian diambil kesimpulan apakah berlaku juga pada hal lainnya. Perhatikan contoh berikut ini!
Menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung. Ada saja rintangan sewaktu mendaki seperti hujan yang mengakibatkan jalan licin. Begitu pula bila menuntut ilmu, seseorang juga mengalami rintangan seperti ekonomi, malas, dan sebagainya. Jadi, menuntut ilmu sama dengan mendaki gunung untuk mencapai puncaknya.
c. Penalaran Sebab-Akibat
Penalaran ini diawali dengan mengemukakan fakta. Fakta ini berupa sebab, disusul kesimpulan yang berupa akibat. Penalaran jenis ini berupa (a) dimulai dengan mengemukakan peristiwa dan diakhiri dengan kesimpulan, atau (b) dimulai dengan kesimpulan dan dilanjutkan dengan rangkaian peristiwa penyebabnya.
Penalaran sebab akibat dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
1) hubungan sebab-akibat, diawali rangkaian peristiwa yang menjadi sebab dan diakhiri dengan kesimpulan yang menjadi akibat. Perhatikan contoh berikut ini!
Hujan berhari-hari mengguyur desa kami. Air sungai berangsur-angsur naik ke permukaan. Jalan dan halaman rumah penduduk mulai digenangi air. Akhirnya, banjir pun melanda desa kami.
2) hubungan akibat-sebab, diawali dengan peristiwa yang menjadi akibat, lalu dikemukakan peristiwa¬peristiwa yang menjadi penyebabnya. Perhatikan contoh berikut ini!
Banjir melanda kota Surabaya. Banjir di kota ini selalu datang ketika musim hujan tiba. Dalam waktu singkat beberapa wilayah kota tergenang air. Banjir ini juga tidak hanya menenggelamkan daerah di dekat hulu sungai, tetapi juga menenggelamkan kawasan perumahan elite yang berada di dataran rendah. Banjir ini berasal dari hulu sungai yang tidak mampu menampung air hujan dan juga disebabkankan tumpukan sampah yang menghambat arus air sungai.
3) hubungan sebab-akibat 1-akibat 2, diawali dengan sebab yang dapat menimbulkan lebih dari satu akibat. Perhatikan contoh berikut ini!
Setiap menjelang ujian skripsi mahasiswa terlihat lebih serius dalam belajar. Beberapa hari sebelum ujian dilaksanakan sebagian besar mahasiswa lebih banyak mempelajari skripsi dariapda meNonton televisi. Mereka lebih memilih tinggal di kos dan jarang melakukan aktivitas di luar. Secara psikologis, mereka memiliki keinginan untuk mendapatkan nilai A.
2. Penalaran Deduksi
Penalaran deduksi diawali dengan peristiwa-peristiwa umum, lalu mengarah pada kesimpulan khusus. Penalaran umum diikuti uraian-uraian penalaran khusus. Perhatikan contoh berikut ini!
(1) Binatang menyusui dapat berkembang biak dengan cara melahirkan anak. Ikan paus merupakan binatang yang menyusui anaknya. Dapat disimpulkan bahwa ikan paus juga berkembang biak dengan cara menyusui anak.
(2) Setiap mahasiswa yang ingin kuliah harus membayar biaya pendaftaran. Ahmad ingin kuliah. Maka Ahmad harus membayar biaya pendaftaran.






BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Paragraf adalah bagian dari bab sebuah karangan yang mengandung ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru. Hubungan keterikatan dalam paragraf mutlak diperlukan sebagai syarat paragraf yang baik di sebut Koherensi dan Kohesi. Penggunaan jenis paragraf sangat bergantung pada tujuan penulisan. Jenis-jenis Paragraf yaitu Paragraf Deskripsi, Paragraf Eksposisi, Paragraf Argumentasi, Paragraf Persuasi, Paragraf Narasi.
Pengembangan paragraf merupakan penyusunan kalimat melalui penataan dan penalaran. Jenis-jenis penalaran untuk mengembangkan paragraf yaitu Penalaran Induksi dan Penalaran Deduksi. Penalaran Induksi terdiri dari Penalaran Generalisasi, Penalaran Analogi, Penalaran Sebab-Akibat.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini kami berharap pembaca mampu untuk memahami Konsep Paragraf, Memilih Jenis Paragraf sesuai Tujuan Penulisan, dan Pengembangan Paragraf.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Faizatur Rohmah - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger