Home » » Buku Fiksi

Buku Fiksi

Judul : Sekali Peristiwa di Banten Selatan
Penulis : Pramoedya Ananta Toer

Sekali Peristiwa Di Banten Selatan
Di sebuah gubuk yang terletak dikaki gunung tinggal seorang laki-laki yang berumur kurang lebih tiga puluh tahun. Ranta, begitulah orang memanggilanya. Dia tinggal bersama istrinya yang bernama ireng. Pendopo gubuk ranta berlantai tanah di peraboti dengan sebuah bangku panjang yang terbuat dari bamboo batangan.
Dua pemikul singkong, yang hendak menuju ke tempat truk-truk dari kota , muncul dari tikungan jalan. Sampai di beranda pondok ranta mereka berhenti. Yang pertama kemudian duduk di atas bangku, kemudian merokok. Yang pertama : Huh! Ingat kau, jalan ini dulu kita yang buat. Dulu ramai-ramai rodi. Apa sekarang? Lewat jalan yang kita buat sendiri kita bayar pajak pada onderneming. Yang kedua : Iya-ya, orang begitu bagus-bagus, kulitnya putih, hidungnya mancung, tapi tamaknya…Ngadubilah setan! Yo-ah, nanti keburu hujan. Keduanya bangkit dan melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian datang Ranta, langsung ia menuju pintu tetapi masih terkunci. Kemudian Ireng istrinya datang, menggendong bakul kosong di belakangnya. Istrinya membuka kunci pintu dan menyilakan suaminya masuk. Dengan menghadap pada pintu ternganga di mana suaminya masuk ke dalam rumah ia berkata dengan suara tertahan,”pasar kacau pak, diobrak-abrik DI”. “Dia lagi!”, suara ranta menahan marah. Tiba-tiba datang Musa dari tikungan jalan. Dengan menundukkan kepala dan lemah lunglai ranta keluar dari rumah. “Ada apa Gan”, sambut ranta. Musa menyuruh ranta untuk mencuri bibit karet kemudian merogoh kantungnya dan menyerahkan uang seringgit pada ranta. Ranta ingin menolak tapi Musa memaksa bahkan mengancamnya. Mau tak mau ranta menjalankan perintah musa. Sebelum pergi musa berpesan pada ranta “ Kalau ada apa-apa, jangan sebut namaku, mengerti? Ranta mengiyakan semua permintaan Musa. Kembali dua orang pemikul singkong datang ke rumah ranta, mereka ingin meminta izin untuk menginap tapi saat pintu rumah ranta mereka ketuk tidak ada jawaban dari dalam. kedua orang pendatang itu tidur di bale beranda, pelahan dan hati-hati ranta membuka pintu. Pada pinggangnya terselit sebilah golok panjang, pada tanganya dia membawa pikulan dan tali.
Tiba-tiba dari dalam rumah terdengar suara Ireng, “Yahh, ke mana orang ini?”. Dia tertegun, mendengar bunyi orang berkeluh di bale beranda rumahnya. Kemudian Ireng menghampiri dan membangunkan dua orang yang tidur di beranda rumahnya. Nampak Yang pertama terlompat dari bale dan berkata “Maaf Mpok, kami menginap di sini semalam. Yang kedua pun bangun dan turun dari bale. Yang pertama menceritakan pada Ireng bahwa sebenarnya mereka mau ke tempat pemunggahan truk, jual singkong tapi truk di bakar DI. Mendengar cerita itu Ireng tertegun dan mempersilahkan mereka untuk membersihkan diri. Yang kedua memberikan beberapa batang singkongnya pada Ireng untuk di masak. Ireng muncul di beranda membawa sepiring singkong rebus dan menaruhnya di atas ambin. Kemudian kedua orang pendatang muncul pula dalam keadaan segar setelah mandi. Tak lama kemudian datang pula ranta dari tikungan jalan, dia datang dalam keadaan berlumuran lumpur. Ranta menceritakan pada mereka semua kejadian yang dialaminya semalam, ternyata Musa menipu dirinya. Musa menyuruh mencuri bibit karet onderneming. Ranta bawakan dua kali balik, tapi ketika ranta menanyakan upah, diterimanya oukulan rotan, di rampas pikulan dan goloknya.
Yang pertama terkejut dan berkata “ Cuma orang semacam juragan musa yang bias berbiat begitu”. Ranta lebih terkejut karena mengetahui Yang pertama mengenal Musa. Ternyata Yang pertama juga pernah mengalami nasib yang sama seperti ranta. Ranta menggeleng-gelengka kepala dan berkata “ kekayaan mereka peroleh dari maling. Ireng masih ingat waktu anak kita yang pertama sakit keras, pinjam hutang pada mereka? Anak kita meninggal. Panen seluruhnya mereka ambil. Kita kelaparan terpaksa jual tanah. Mereka juga yang ambil tanah kita. Berapa harganya? Tak cukup buat modal dagang di pasar! Ludas! Tandas! Kuras”. Kemudian yang pertama menyilakan ranta untuk makan dulu. Tiba-tiba dari kejauhan juragan Musa datang. Semua Nampak kaget dan cemas terkecuali ranta. Juragan Musa lewat depan rumah Ranta tanpa sedikitpun memandang beranda. Kedua orang pemikul singkong kemudian pamit pulang. Tak di duga Juragan Musa datang dari arah dia pergi, sampai di depan rumah Ranta dia memanggil-manggil ranta, tapi dari dalam rumah tak ada jawaban. Dengan nada marah Juragan Musa terus memanggil ranta, tapak tangan kananya menjinjing aktentas. Akhirnya ranta keluar dengan bahu tertarik ke atas matanya terpusat pada wajah Juragan Musa, sedang kedua belah tangannya terangkat ke atas sedikit. Melihat ranta yang seperti itu Juragan Musa menjadi takut, kemudian dia lari terbirit-birit dengan meninggalkan aktentas dan tongkatnya jatuh ke tanah. Tanpa di duga datang Yang pertama,Yang kedua, dengan membawa teman Yang ketiga. Tiba-tiba Yang ketiga berkata “Cuma aku yang tahu isi aktentas itu”. Yang kedua bertanya “dari mana kamu tahu?”. Yang ketiga menjelaskan bahwa tiap Rabu malam Juragan Musa berunding dengan DI, Kemudian Yang ketiga memberi tahu kalau ranta dan Ireng dalam bahaya. Segera Ireng ke dalam, dia keluar lagi membawa bungkusan kecil. Sedangkan ranta memungut aktentas dan cepat-cepat mereka pergi meniggalkan beranda. Malam harinya rumah ranta di bakar pesuruh Juragan Musa.
Siang harinya juragan Musa pulang ke rumah dalam keadaan yang luar biasa. Dia mirip penjudi kalah main yang kesiangan pulang. Istinya mencoba menolongnya, tapi juragan musa tak menghiraukannya dan memarahi Nyonya karena menyuruh Rodjali pergi mencarinya ketika Juragan Musa belum pulang. Mengetahui suaminya yang seperti itu, Nyonya minta cerai. Mendengar itu Juragan Musa tertegun, kemudian secara mendadak datang Rodjali dan dia langsung di suruh ke rumah pak Kasan. Setelah rodjali pergi Juragan Musa meminta maaf pada istrinya atas perlakuannya, Nyonya memaafkannya tapi dengan syarat mau memperlakukan dia sepatutnya. Malam harinya mereka bertengkar lagi, karena Nyonya mengetahui kalau suaminya Pembesa DI, saat itu juga datang beberapa prajurit dan Komandan menangkap Juragan Musa. Ranta melaporkan pada Komandan kalau Juraga Musa sebenarnya Residen DI. Tidak lama kemudian ranta datang, dan Komandan meminta ranta untuk menggantikan Juragan musa sebagai lurah, sampai diadakan pemilihan lurah baru. Sejak saat itu Ranta dan Istrinya Ireng tinggal di rumah Juragan Musa. Pagi harinya Komandan datang menemui ranta, dalam hal itu mereka membicarakan tentang mempertahankan keamanan daerah, dan ranta member saran pada Komandan untuk persatukan rakyat, dan melawan musuh bersama-sama dengan bergotong royong membuat pertahanan, jebakan dan ranjau-ranjau. Mendengar itu Komandan menyetujuinya. Sejak suaminya di tangkap Nyonya tinggal bersama ranta, dan dia menceritakan semua prilaku suaminya.
Setelah diskusinya dengan Komandan, ranta memanggil seluruh rukuntetangga untuk membahas Gerombolan yang akan datang untuk menyerang. Ranta menghimbau agar selalu menjaga persaudaraan dan persatuan, dia juga mnyuruh untuk memasang ranjau-ranjau bambu terpendam di tempat-tempat yang dilewati gerombolan. Penduduk di daerah itu tidak diperbolehkan untuk meninggalkan desa. Sorenya beberapa prajurit datang menemui ranta, mereka menyampaikan perintah dari komandan yaitu pertahanan rakyat agar dipercepat. Mendengar itu ranta langsung berangkat. Setelah ranta melakukan pertahanan rakyat, Komandan berterima kasih padanya.
Tiga bulan kemudian, ada beberapa rombongan orang yang sedang bekerja. Mereka bergotong royong memasang pasak. Ranta, Komandan dan prajurit mendatangi mereka. Di situ ranta berpidato tentang pentingnya gotong royong, kerja sama, bersatu dan bersaudara. Setelah pidatonya itu ranta berseri-seri semua orang bersorak bersama menyetujui pidatonya.mereka senua bangkit, bergandengan tangan, dan menyanyikan gotongtoyong dengan irama yang cepat, yakin, riang gembira, penuh kepercayaan pada hari depan dan pada rahmat kerja.

 Kelebihan buku Sekali Peristiwa di Banten Selatan:
1. Cerita dikemas dari melakukan kunjungan singkat penulis suatu desa di Banten Selatan pada tahun 1957.
2. Banyak bercerita tentang masa lalu, tapi baik tema maupun makna yang tertulis maupun tidak tertulis dalam tulisan tetap relevan pada masa kini dan yang akan datang.
3. Cerita menarik dan mampu memberikan motivasi kepada pembaca.
4. Pembaca tidak harus berkonsentrasi dalam membaca karena cerita yang disuguhkan penulis dapat menghibur pembaca.
 Kekurangan buku Sekali Peristiwa di Banten Selatan:
1. Narasi utama dalam novel lebih berpihak pada mereka yang lemah.
2. Bahasa yang digunakan penulis kurang dapat dipahami oleh pembaca saat ini.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Faizatur Rohmah - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger