Home » » Buku Non Fiksi

Buku Non Fiksi

Judul : Makrifat Cinta Ahmad Dhani
Penulis : Agus Wahyudi
Ahmad Dhani adalah sosok fenomenal. Sebagai seorang publik figur, tingkah dan perilakunya selalu mengundang berita. Dulu waktu meluncurkan album ‘Arjuna mencari Cinta’ ia digugat oleh Yudistira AM Massardhi yang mengaku dirinya sebagai pencetus istilah tersebut. Selain itu album Dhani yang lain yakni ‘Bintang Lima’ sempat menyulut aksi anarkis dalam bentuk pembakaran atribut kaset DEWA di Bandung. Dan terakhir ini, yang paling dahsyat Dhani dihujat dan di dakwa telah menghina Tuhan, didakwa telah menyebarkan ajaran sesat, plus dituduh sebagai antek Zionis Israel alias Yahudi. Tetapi mungkin ini kata yang paling pas untuk Dhani: The show must go on, layaknya jargon dari group musik kesayangannya, QUEEN. Yang paling heboh tentu saja kasus yang terjadi tahun 2005 saat menghadapi arus protes yang datang dari berbagai kalangan, berkaitan dengan logo album terbaru, Laskar Cinta. Logo tersebut dianggap mengadopsi kaligrafi tulisan Allah. Kasus logo merebak menyusul penampilan di acara Eksklusif Trans TV berjudul Dewa Live on Air, pada 10 April 2005. Dalam penampilannya, Dewa beraksi di atas karpet dengan logo mirip kaligrafi Allah. Setelah penampilan tersebut, keesokan harinya beredar surat elektronik pada sejumlah mailing list berjudul “Dhani Dewa Antek Israel Menginjak-injak Allah”.
Group band Dewa menghadapi persoalan serius, group band yang dipimpin Ahmad Dhani itu dianggap melecehkan islam. Yang menjadi masalah besar adalah saat pertunjukan Eksklusif Dewa di Trans TV. Reaksi spontan pun muncul dari ustadz Wahfiudin yang protes dengan langsung menghubungi dan mendatangi Trans TV. Penggunaan lambing kaligrafi dalam album terbaru Dewa yang berwarna merah dan hitam itu juga mendapat tanggapan Didin Sirajuddin AR dari Lemka Jakarta. Reaksi keras lainnya pun bermunculan dari tokoh-tokoh agama islam, seperti Habib Muhammad Rizieq Shihab dan KH Maktub Effendy. Ahmad Dhani dengan kerendah-hatian menyampaikan bahwa peristiwa tersebut, demi Allah,benar-banar murni musibah tanpa kesengajaan, terutama akibat ketidaktahuan team setting panggung Trans TV. Di sisi lain, saya juga sangat berharap pada kritisi, mau sedikit meluangkan waktu membaca lirik-lirik lagu dalam album Laskar Cinta, dengan penuh ketelitian dan sedikit perenungan. Lirik-lirik tersebut memuat dengan luapan cinta kepada Sang Khalik, juga usaha saya untuk melakukan “sedekah” bagi-Nya. Kekaguman kepada Sayyidah Rabiah al-Adawiyah, membawa Ahmad Dhani kepada perenungan tentang pengabdian kepada Allah tanpa pamrih. Terlepas dari itu semua Ahmad Dhani secara pribadi menyampaikan permintaan maaf kepada siapapun atau pihak manapun yang merasa tersinggung akan ucapan atau tindakannya selama ini. Dia juga ingin menyampaikan terima kasih atas tegur sapa, juga kritik membangun yang ditujukan kepada Ahmad Dhani dan Dewa. Tuduhan lain datang dari Ridwan Saidi, budayawan sekaligus sastrawan plus teman ayah Dhani, terang-terangan mengatakan kalau isi lagu DEWA bernuansa ajaran sesat yakni ajaran pantheisme(kesatuan hamba-Tuhan) atau lebih sering disebut dengan manunggaling kawula gusti. Dia di tuduh atheis, dianggap meniadakan keberadaan Tuhan. Dhani dituding sebagai pendakwahajaran Syekh Siti Jenar. Ternyata kasus ini cukup berdampak besar.
Di tanah jawa, menurut kisah yang melagenda, ada seorang wali atau syekh yang mbalelo. Dia adalah Syekh Siti Jenar yang mengaku diri sebagai pengukut ajaran al-Hallaj. Oleh wali songo, Siti Jenar dianggap telah sesat dan murtad karena mengaku dirinya Tuhan. Syekh siti jenar merasa telah manunggal(menyatu) dengan Tuhan. Atau dikenal dengan istilah manunggaling kawula gusti. Namun demikian, dalam sejarah Imam al-Ghazali mampu meredam konflik berkepanjangan antara kaum sufi dengan kaum pejuang syariat. manunggaling kawula gusti berarti bersatunya hamba dengan Tuhan. Istilah arabnya adalah wihdatul wujud. Paham ini sangat popular di kalangan para sufi. Di dalam al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad Saw tidak dijumpai adanya dalil tentang kesatuan hamba-Tuhan ini secara jelas. Namun ada beberapa di antara ayat al-Qur’an dan Hadis yang dapat ditafsirkan ke arah manunggaling kawula gusti. Perbedaan pendapat tentang benar tidaknya penafsiran tersebut selalu menggema, bahkan sampai sekarang. Ada sebagian orang yang menuduh bahwa ajaran ini diadopsi dari agama lain. Dalam agama Hindu jelas diakui ajaran kesatuan hamba dengan Tuhan ini. Agama lain seperti Budha, Khong Hu Cu, dan nasrani juga memuat ajaran yang senada dengan ajaran agama Hindhu. Ada lagi gambaran yang lebih detail untuk menjelaskan isi ajaran manunggaling kawula gusti ini. Dalam khazanah tasawuf dikenal istilah Martabat Tujuh, yakni gambaran tentang hakikat manusia dan Tuhan. Menurut ajaran Martabat Tujuh, antara manusia dan tuhan hakikatnya adalah sama. Manusia dan alam semesta hakikatnya adalah wujud dari penampakan Tuhan. Sebagian para sufi meyakini bahwa pada hakikatnya antara Tuhan dan manusia adalah satu. Inilah penjelasan ringkas tentang konsep ajaranwihdatul wujud atau manunggaling kawula gusti yang merusak dalam beberapa syair lagu Ahmad Dhani. Para tokoh sufi muncul silih berganti pada zamannya. Mereka memiliki khas atau spesialisasi dalam menjalani kehidupan ruhani. Sebagian dari mereka menjadi inspirator Ahamad Dhani dalam bertasawuf, diantaranya: Rabi’ah al-Adawiyah, Husain Manshur al-Hallaj, Abu Hamid al-Ghazali, Abdul Qadir al-Jilani, Ibn ‘Arabi, Jalaluddin Rumi, dan Syekh Siti Jenar.
Satu tema sentral yang menjadi latar penciptaan lagu-lagu Dhani adalah tentang cinta. Dalam khazanah tasawuf, “cinta” menjadi dasar dalam ibadah. Pengabdian kepada Tuhan dengan dilandasi cinta akan memiliki bobot yang tiada tara di mata-Nya. Dua landasan, yakni ma’rifat(mengenal) dan mahabbah(cinta) merupakan pilar bagi para sufi dalam mengarungi bahtera hidupnya sebagai hamba Allah. Ahmad Dhani seorang musisi yang menerapkan ajaran tasawuf tentu menyadari tentang hal ini. Beberapa lagunya terasa sarat dengan muatan makrifat dan cinta. Inilah yang menjadi alasan utamapemilihan judul pada buku ini, yakni Makrifat Cinta.
Dhani, sebagai pengibar bendera tasawuf, telah mengalami sendiri bagaimana rasanya dihujat dan diintimidasi oleh kelompok radikal. Mungkin, dia berharap agar semua umat bersatu, hidup berdampingan dalam suasana kasih-sayang. Cinta baginya adalah sebuah hakika, sebuah kesejatian. Segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah penampakan dari Wajah Tuhan, yang mengandung kebenaran hakiki di dalamnya. Jika manusia memandangnya dengan rasa cinta, maka maka ia akan meraih sebuah hakikat cinta. Inilah sekelumit uraian tentang makna syair Dhani Ahmad. Ternyata isi syair-syair lagunya banayk yang sejalan dengan ajaran manunggaling kawula gusti dari Syekh Siti Jenar. Tak berlebihan kalau dikatakan bahwa Dhani mengusung ajaran Syekh Siti Jenar.








 Kelebihan Buku Makrifat cinta Ahmad Dhani :
1. Penulis memberikan bukti dalam setiap lirik lagu Dhani dengan ajaran Syekh Siti Jenar.
2. Dapat di baca untuk semua kalangan umum.
3. Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
4. Penulis tidak berlebihan dalam memberikan informasi, artinya pembaca tidak disuapi informasi terlalu banyak.

 Kekurangan Buku Makrifat cinta Ahmad Dhani :
1. Penulis tidak memberikan motivasi kepada pembaca hanya sekedar informasi saja.
2. Ilustrasi yang digunakan penulis kurang menarik.
3. Buku terlihat kurang menarik minat pembaca untuk membaca.
4. Narasi yang digunakan Penulis lebih berpihak pada Ahmad Dhani.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Faizatur Rohmah - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger