Jalan Asmaradana

CERPEN “JALAN ASMARADANA” KARYA KUNTOWIJOYO
Ada tragic sense of life, ada comic sense of life. Mereka yang menganggap hidup sebagai tragedi, memandang dunia serba suram, diwakili oleh teman saya Nurhasan. Dia yang tinggi akan melonjok sedikit dan mencapai langit-langit kamar tamu rumah bertingkat yang kami banggakan, “Lha betul to, Perumnas itu ya begini. Tinggi setidaknya empat meter supaya ruangan sejuk.” Mengenai genteng dikatakannya, “Kok dari asbes. Mereka ingin semua penghuni Perumnas kena kanker.” Mengenai dunia dikatakannya-menirukan dalang. “Jaman sudah tua, perempuan jual badan, anak lahir tanpa bapak, orang suci dibenci, orang jahat diangkat, orang jujur hancur.” Melihat ada rumah mewah di Perumnas, dia akan bilang, “Lihat orang-orang kaya mendepak keluar orang-orang miskin.” Mendengar ngoèng-ngoèng mobil pejabat, dia akan berkomentar, “Dengar itu sang menteri korup lewat.”
Lain lagi teman saya Kaelani yang memandang hidup sebagai komedi, sebuah lelucon. Dia adalah pemborong: SD Inpres, jalan aspal, talud sungai. Di mana-mana: mantenan, tirakatan 17 Agustusan, katanya sambil ketawa, “Pemborong itu harus jadi pembohong.” Gedung retak, aspal mengelupas, tanah longsor, semua ditertawakannya. “Ya, kalau rusak diproyekkan. Semua senang, DPRD, kepala dinas, dan tentu saja pembohongnya, eh, pemborongnya”. Katanya lagi, “Pemborong itu masuk sorga tanpa dihisap.” Dihisap artinya dihitung baik-buruk amalnya. Sambungnya, “Apa sebab? Karena ia suka berbohong untuk menyenangkan orang.”
Akan tetapi, keduanya sangat lain dengan kasus Pak Dwiyatmo versus Said Tuasikal di Jalan Belimbing (keluarga kami menyebutnya sebagai Jalan “Asmaradana”. Asmara artinya cinta, dana singkatan dari dahana artinya api). Itu adalah tragi-comedy yang mengganggu karier saya sebagai Ketua RT.
Mohon diketahui bahwa selepas tugas belajar saya tinggal di Perumnas, bagian perumahan dosen. Sebagai orang paling terpelajar, saya didaulat teman-teman jadi Ketua RT, menggantikan Pak Trono yang pindah. Tentu saja saya menolak dengan banyak alasan: sering tak di rumah, mengajar di sana-sini, pekerjaan kantor bermacam-macam, masyarakat besar membutuhkan tenaga saya. Tentu saja tidak saya katakan bahwa akan segera dipromosikan ke Jakarta.
“Bapak tidak usah repot, Ketua RT itu hanya kedudukan simbolis,” kata seorang pemondok dengan bahasa sekolahan. Dia sedang sekolah S2.
Dia pasti tidak tahu bahwa pekerjaan Ketua RT itu jabatan paling konkret di dunia: mengurus PBB, semprotan DB, kerja bakti membersihkan selokan, menjenguk orang sakit, pidato manten, dan banyak lagi. Presiden bisa diam, Ketua RT tidak.
“Jangan khawatir, urusan RT adalah urusan bersama,” kata seseorang.
“Gotong-royong kita sangat bagus.”
“Kita masih punya semangat empat-lima.”
Setelah semua mendesak, kata saya, “Saya terima pekerjaan ini, dengan satu syarat. Ketua RT itu tugas kolektif keluarga. Saya dan istri. Kalau saya di rumah, saya akan aktif, kalau tidak, istri yang mengerjakan.”
Semua setuju. Jadilah saya Pak RT. Maka Indonesia punya Ketua RT berijazah S3 dari universitas papan atas di Amerika. Dan Ibu Pertiwi punya pengganti Pak RT, istri saya, lulusan universitas Kota New York. Sekali-sekali rapat bulanan RT saya pimpin, sekali-sekali istri saya. Test-case yang pertama-apakah doktor luar negeri bisa jadi Ketua RT-ialah mengurus perkara Pak Dwiyatmo dan Said Tuasikal. Mereka tinggal satu kupel, dinding dari asbes menyekat RS mereka yang masih asli itu. Pak Dwiyatmo adalah penghuni lama, Said dan istri menyewa rumah sebelahnya untuk lima tahun sampai selesainya program S3. Said berasal dari Ambon, dibiayai APBD untuk sekolah.
Pasangan Said orangnya baik. Said ikut ronda, dan istrinya ikut arisan. Dari poskamling dan arisan itulah warga tahu keluhan-keluhan mereka tentang Pak Dwiyatmo yang secara tidak sengaja dikatakan. Sebagai warga yang baik, mereka berdua datang untuk mengenalkan diri kepada Ketua RT yang baru secara formal.
“Beta orang Ambon, istri beta orang Jawa.”
“Dan anak Mas Said jadi Jambon. Itu warna pink, warna cinta.” Jadi ada Jadel, ada Jamin, ada Jambon.
“Memang kami cinta Indonesia,” katanya serius, tidak tahu kalau saya hanya berkelakar.
“Setidaknya kamu cinta perempuan Jawa.”
“Bukan setiap perempuan Jawa, Bapak, tapi Jawa yang ini.” Terlihat istrinya menyikut suami.
Singkatnya, Pak Dwiyatmo dianggap membuat bising. Sebab, larut malam malah dia bekerja, memaku, membenarkan dipan atau apa begitu, thok-thok-thok. Tak seorang pun tahu apa yang dikerjakannya. Siang hari pintu rumahnya tertutup karena pergi. Malam hari juga tertutup, karena itu saran dokter puskesmas. Maka ia absen di semua kegiatan kampung. Tapi bunyi malam-malam itu! Dan Said berdua yang pasangan pengantin baru perlu malam yang sepi! Entah untuk apa.
Namun, wong sabrang yang biasanya thok-leh dan bernama Said itu, tak pernah menegur secara langsung Pak Dwiyatmo perihal kelakuannya. Istrinya melarang dia. Katanya, “Orang Jawa itu jalma limpat, dapat menangkap isyarat.” “Ya kalau iya, kalau tidak, bagaimana?” bantah suaminya. “Tunggu saja.” Mereka menunggu, tapi tiap larut malam thok-thok itu masih terdengar, membuyarkan harapan indah mereka di tempat tidur. Maka, perseteruan diam-diam itu berjalan terus.
Memang, para tetangga bilang kalau ada yang aneh pada Pak Dwiyatmo setelah istrinya meninggal. Dia, yang dulu rajin, tidak lagi ke masjid. Sebagian orang masjid mengatakan ia tidak qana-ah, artinya tidak ikhlas menerima takdir Tuhan, itu sebabnya ia protes kepada-Nya (Allahumaghfirlahu, semoga Allah mengampuninya. Semoga dipanjangkan umurnya sehingga ia sempat bertaubat). Sebagian lain mengatakan bahwa ia selalu sembahyang di sungai dekat pemakaman Tegalboyo, sudah itu membuka bungkusan dan makan. Sebagian lagi mengatakan setiap Jumat ia pergi sembahyang di masjid Ploso Kuning. Ada yang mengatakan bahwa ke masjid di Perumnas akan melukai hatinya, sebab ia selalu pergi jamaah bersama istrinya dulu. Saya tidak tahu mana yang benar.
Pagi hari dia akan terlihat membawa cangkul. Kabarnya ia sudah memesan “rumah masa depan” di pekuburan Tegalboyo, di samping kuburan istrinya. Soal liang kubur itu urusan Pak Dwiyatmo, itu HAM. Dan saya sebagai Ketua RT tak pernah punya waktu untuk menegur Pak Dwiyatmo tentang thok-thok itu. Hari Minggu pun pagi-pagi sekali ia akan memikul cangkul, mengunci pintu, siang pulang, mengunci pintu, dan tidur sampai sore.
Paling mudah ialah mendatangi Said, “Mas Said, di Jawa ini orang perlu hidup rukun. Pandai menyesuaikan diri seperti kalian berdua. Ajur-ajer”. Tampak Said tidak tahu arah pembicaraan saya. Istrinya yang menjawab.
“Orang sebelah itu pasti punya kelainan, Pak.”
“O ya, Bapak. Suara-suara itu sungguh mengganggu!” timpal suaminya.
“Ya pindah rumah, to. Kok sulit-sulit.”
“Ininya, Bapak,” katanya sambil menggosokkan ibu jari ke telunjuk.
Suatu pagi saya bersama istri jalan-jalan. Di pintu gerbang RT kami bertemu Said berdua, berdandan rapi.
“Pagi-pagi sekali, dari mana?”
“Ala Bapak ini bagaimana, Proyek Jambon, tentu”.
“Lho, kok?”
“Kami selalu ke hotel, tenang. Tapi tidak tahu sampai kapan kami tahan.”
Kami baru saja tahu apa yang dikerjakan Pak Dwiyatmo di malam hari. Pasalnya begini. Anak-anak Perumnas sedang main sembunyi-sembunyian. Kebetulan pintu rumah Pak Dwiyatmo terbuka, dia tertidur di kamar karena kelelahan mencangkul itu. Beberapa anak laki-laki masuk rumah dan bersembunyi di dalam meja-mejaan Pak Dwiyatmo yang ditutup dengan kayu. Aman.
“Di mana kalian? Kami kalah.”
Mereka membuka tutup meja-mejaan, “Sini!” Lalu menutupnya kembali.
“Di mana?”
“Sini!”
Berulang-ulang.
Tiba-tiba seorang mengerti arah suara itu. Lalu lari tunggang langgang sambil menjerit-jerit. Anak-anak dalam meja-mejaan itu keluar dan ikut lari dan menjerit-jerit. Orang-orang di gang itu pun keluar. Mereka pergi ke rumah Pak Dwiyatmo. Masya Allah! Keranda! Keranda! Suami-istri Said ikut keluar. Keranda! Sejak itu keluarga Said menghilang.
Beberapa hari kemudian Ketua RT dapat panggilan dari Pengadilan Negeri. Saya berhalangan, yang datang Bu RT alias istri saya. Di kantor pengadilan istri saya menunjukkan surat panggilan itu.
“Panggilan itu untuk Ketua RT. Tidak bisa diwakilkan begitu saja.”
“Saya penggantinya. Ini Surat Kuasa.”
“Kalau begitu, tunggu.” Ia masuk ruangan.
Ketua Pengadilan atau yang mewakili keluar.
“Begini, Bu. Ini ada gugatan untuk Pak Dwiyatmo karena ia mengganggu ketertiban. Tolong diselesaikan dengan damai, tanpa melalui pengadilan.”
Melihat keranda itu rupanya Said atau istrinya jadi betul-betul tidak tahan. Pantas mereka kabur dan menggugat lewat pengadilan. Mereka berpikir bahwa paling-paling Ketua RT menyarankan agar mereka menyesuaikan diri, karena saya tidak juga menegur Pak Dwiyatmo. Saya merasa bersalah. Sungguh mati, saya tidak tahu kalau Pak Dwiyatmo sedang membuat keranda.
Saya sedang mencari waktu luang untuk bertemu Pak Dwiyatmo, ketika tiba-tiba ada perubahan besar. Masalah keranda yang sudah diketahui umum itu membuatnya berhenti bekerja sama sekali. Dia tidak lagi thok-thok di waktu malam, tidak lagi memanggul pacul di siang hari. Pekerjaannya ialah menyapu-nyapu halaman, lalu leyeh-leyeh di lincak di depan rumahnya.
Saya menghubungi Pascasarjana UGM dan mendapat alamat Said. Saya menghubungi Said, mengatakan bahwa tidak ada lagi gangguan ketertiban. Dengan malu-malu Said jadi warga RT kembali. Ketika minta maaf kepada saya karena telah merepotkan, dia membawa sebotol minyak kayu putih.
Pak Dwiyatmo sedang menyapu-nyapu halaman ketika lewat seorang perempuan setengah baya.
“Kok menyapu sendiri, Pak?”
“He-eh, tidak ada yang disuruh.”
Lain hari perempuan itu lewat lagi.
“Kok menyapu sendiri, Pak. Nanti lelah, lho.”
“He-eh, habis bagaimana lagi.”
Lain hari perempuan itu sengaja lewat.
“Kok menyapu sendiri, Pak. Nanti kalau lelah yang mijiti siapa?”
“Ya tidak ada.”
Lain hari perempuan itu sengaja lewat lagi. Tangannya menggenggam balsem. Pak Dwiyatmo juga sedang menyapu.
“Kok menyapu sendiri, Pak. Kalau lelah, apa mau saya pijit?”
“Mau saja.”
Singkatnya, mereka berdua lalu pergi ke KUA untuk menikah. Mereka jalan-jalan bulan madu kedua ke Sarangan. Saya tahu karena suami-istri minta titip rumah pada Ketua RT. Tumben, ada keceriaan di wajah Pak Dwiyatmo yang selama ini belum pernah saya lihat. “Mau kuda-kudaan, ya?” maksudnya, naik kuda keliling danau. “Ah, Bapak ini kok tahu saja,” kata istri sambil menjawil suami. Sesudah mereka pergi, saya menemui Said. “Selamat, kamu bebas,” kata saya. “Terima kasih, Bapak,” kata Said. Istrinya senyum-senyum malu.
Damailah RT, damailah Indonesia! Seminggu kemudian Pak Dwiyatmo berdua pulang. Tapi, apa yang terjadi? Petugas Siskamling yang menjemput jimpitan beras mengatakan bahwa mereka mendengar suara “aneh” di rumah (tepatnya di kamar) Pak Dwiyatmo. Siang hari Pak Dwiyatmo menggergaji keranda itu dan menjadikannya meja-kursi. Ini saya tahu karena saya datang untuk mengunjungi mereka yang temanten baru. Saya juga tahu yang lain. Istri baru itu sedang memotong-motong kain putih calon kain kafan Pak Dwiyatmo. “Ya, itulah yang terjadi,” kata Pak Dwiyatmo membenarkan pikiran saya. Lho! Saya sembunyikan keheranan bahwa dia tahu pikiran saya.
Seminggu kemudian Said datang ke rumah. “Coba, Bapak. Kami sedang mau tidur, tiba-tiba dari kamar sebelah, kami mendengar suara-suara. Ah, beta malu mengatakannya.” Sementara itu, petugas Siskamling melaporkan bahwa suara “aneh” itu pindah ke kamar tamu yang berdempetan dengan kamar tidur di rumah sebelah. Klop!
Saya mencoba menyarankan Said untuk melapisi dinding-dinding dengan gipsum yang kedap suara. “Ala, Bapak ini bagaimana. Kalau beta kaya pasti sudah menyewa rumah di luar Perumnas”. Istrinya menyambung, “Maaf, kalau kata-kata suami saya menyinggung Bapak.” Saya usul, “Kalau begitu, bagaimana kalau kamar tamu diubah jadi tempat tidur?” Katanya, “Ya, besoknya lagi Bapak akan menyarankan kami tidur di halaman.” Lagi istrinya memintakan maaf suaminya. Kemudian lain hari keluarga Said pergi lagi, meninggalkan surat. “Tolong beri tahu beta kalau tetangga sebelah sudah dipanggil Allah.”
Lain dari biasanya, pagi-pagi saya dapat pergi berjamaah ke masjid. Di sana saya bertemu Pak Dwiyatmo. Subhanallah! Saya terkejut. Ia menoleh dan berkata, “Betul saya Dwiyatmo.” Katanya lagi, “Saya berdosa, saya khilaf, saya bertaubat.” Ia melanjutkan sambil sama-sama jalan pulang, “Orang hidup ini harus seperti iklan. Ia berenang-renang di laut, tapi tak pernah jadi asin.” Saya sedang berpikir mungkin sudah waktu untuk mencari Said dan minta dia kembali ke Jalan “Asmaradana”, ketika orang-orang Siskamling mengatakan bahwa suara-suara “aneh” itu berjalan terus. Itukah “berenang-renang”? Wallahualam. Saya mau menegur Pak Dwiyatmo, tetapi rasanya tidak pas. Menyuruh keduanya berunding untuk menyelesaikan perseteruan diam-diam itu, jangan-jangan malah jadi perseteruan terbuka. Jadi saya hanya bagaimana-bagaimana sendiri.
Walhasil, saya gagal jadi Ketua RT, gagal mendamaikan Pak Dwiyatmo dan Said. Saya, doktor ilmu politik berijazah luar negeri! Entah apa yang akan saya katakan pada Said kalau kebetulan ketemu di kampus. Saya juga menghindar setiap mau ketemu orang yang saya persangkakan dari Ambon, nyata atau khayalan, hidup atau mati, di mana saja. Saya sangat malu. Leiriza, Luhulima, Tuhuleley, Patirajawane, Raja Hitu, sepertinya semua berwajah Said Tuasikal.
Saya juga gagal memahami Pak Dwiyatmo. Saya sudah pergi ke empat benua untuk belajar, riset, seminar, dan mengajar. Tetapi, bahkan tentang tetangga saya, Pak Dwiyatmo, saya tidak tahu apa-apa. Pak Dwiyatmo, Pak Dwiyatmo. Manusia itu misteri bagi orang lain.
Tiba-tiba saya merasa bodoh, sangat bodoh. *

Yogyakarta, 23 Februari 2004
Sumber: Kompas Minggu, April 2004






Analisis Unsur-unsur Intrinsik dan Aliran Sastra
Dalam Cerpen “Jalan Asmaradana” Karya Kuntowijoyo

A. PENDAHULUAN
Cerpen merupakan salah satu genre sastra selain novel, puisi, hikayat, dan naskah drama. Seperti halnya novel, cerpen dapat dikategorikan sebagai karya prosa fiksi. Cerita pendek sering disebut sebagai cerita rekaan yang relatif pendek karena dapat selesai dibaca dalam satu kali pembacaan. Dalam penyajiannya, cerpen disusun secara cermat dan hemat serta berfokus pada satu pokok permasalahan. Cerpen yang berjudul Jalan Asmaradana memiliki pesan moral yang mengajak pembaca untuk menjunjung tinggi norma-norma dalam masyarakat. Nilai-nilai moral yang digunakan dalam cerpen ini tidak bersifat menggurui atau memberatkan, sehingga pesan-pesan moral itu dapat dipahami pembaca atau penikmat sastra dengan baik. Cerpen pemenang Kompas 2005 ini ditulis oleh Kuntowijoyo, Rt 03 Rw 22: Jalan Belimbing Atau Jalan Asmaradana adalah cerpen unik, lugas, yang menceritakan kahidupan di masyarakat dengan menggunakan bahasa sehari-hari yang akrab di telinga kita. Di dalam cerpen karya Kuntowijoyo ini saling berkaitan hubungan antara manusia dengan dirinya, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan. Di samping itu cerpen ini juga menarik dan menggoda penulis, karena apresiasinya dari sudut pandang sosial yang tidak jauh dari lingkaran aktivitas sehari-hari kita sebagai makhluk sosial. Untuk mengapresiasi cerpen ini dibutuhkan pendekatan yang mampu menghubungkan karya sastra tersebut dengan situasi sosial tertentu dalam masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan yang sesuai untuk mengapresiasi cerpen ini adalah pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis adalah pendekatan yang memusatkan perhatian pada aspek-aspek sosiologis sastra, atau membicarakan “hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat” (Suwignyo, 2008:27). Sementara itu, menurut Marjan (2008) pendekatan sosiologis ini pengertiannya mencakup berbagai pendekatan , masing-masing didasarkan pada sikap dan pandangan teoritis tertentu, tetapi semua pendekatan itu menunjukkan satu ciri kesamaan, yaitu mempunyai perhatian terhadap sastra sebagai institusi sosial yang diciptakan oleh sastrawan sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, sosiologis cerpen Jalan Asmaradana sebagai karya sastra yang mencerminkan kehidupan nyata dalam masyarakat, akan sangat mudah kita pahami dan kita hayati maksud penulisannya apabila menggunakan pendekatan sosiologis karya sastra. Pendekatan sosiologis dapat menghubungkan antara pengarang sebagai individu atau tipe dengan keadaan yang khas dari era kultural tempat pengarang/ para pengarang itu hidup dan menulis; hubungan antara karya sastra dengan masyarakat yang digambarkannya atau yang dituju (Suwignyo, 1989:37).

B. PEMBAHASAN
Cerpen “Jalan Asmaradana” dalam makalah ini memiliki unsur-unsur intrinsik. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian penting dalam terbentuknya sebuah cerita. Unsur-unsur tersebut adalah Tema, Alur, Tokoh Penokohan, Latar/Setting, Sudut Pandang, dan Amanat. Di samping itu dalam makalah ini juga di bahas tentang aliran yang masuk ke dalamnya.

1. Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Jalan Asmaradana
a. Tema
Cerpen berjudul Jalan Asmaradana karangan Kuntowijoyo ini merupakan cerpen yang bertema sosial yang didalamya mempunyai masalah akan nilai-nilai moral dalam kehidupan bermasyarakat. Cerpen ini dapat kita apresiasi dengan mudah karena memiliki hubungan yang tidak jauh dari kita sebagai pembaca dan masyarakat umum, karena isi dalam cerpen ini membahas tentang kehidupan di masyarakat. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut:
“Memang, para tetangga bilang kalau ada yang aneh pada Pak Dwiyatmo setelah istrinya meninggal. Dia, yang dulu rajin, tidak lagi ke masjid….”(2)
.Dari kutipan di atas kita dapat mengetahui bahwa masalah yang terjadi dalam cerpen tersebut bermula karena keanehan yang dilakukan seorang warga yang membuat para tetangga merasa tidak nyaman sehingga muncul sebuah konflik di dalamnya. Dari situlah tema di temukan.
b. Alur
Cerpen ini menceritakan tentang suasana masyarakat di daerah Perumnas yang padat penduduk, sekaligus padat masalah. Masalah yang terjadi di daerah tersebut tidak jauh dari urusan cinta dan kenyamanan penduduk yang bertetangga. Cerpen berjudul Jalan Asmaradana menggunakan Alur konvensional yaitu waktu dalam cerita berurutan dari periode pertama sampai periode akhir, dengan alur maju yang diceritakan secara beruntun mulai dari perkenalan tokoh utama dan tokoh-tokoh lain sebagai pendukung, hingga adanya penyelesaian masalah. Semua tokoh seolah-olah dihidupkan oleh pengarang cerpen ini. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut :
“…Pagi hari dia akan terlihat membawa cangkul. Kabarnya ia sudah memesan “rumah masa depan” di pekuburan Tegalboyo, di samping kuburan istrinya. Soal liang kubur itu urusan Pak Dwiyatmo, itu HAM…” (hal. 2).
Kemudian di paragraf dilanjutkan :
“Seminggu kemudian Said datang ke rumah. “Coba, Bapak. Kami sedang mau tidur, tiba-tiba dari kamar sebelah, kami mendengar suara-suara. Ah, beta malu mengatakannya…” (hal. 4)
Dalam kutipan di atas alur bergerak secara berurutan karena tidak ada lompatan waktu ke masa lalu, sehingga menggunakan alur maju.
c. Tokoh Penokohan
Dalam cerpen “ Jalan Asmaradana” tokoh utamanya adalah Pak RT, seorang lulusan S3 dari Universitas papan atas di Amerika yang memiliki sikap realistis dan cerdas dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Tokoh pertama yang diceritakan oleh pak RT adalah temannya Nurhasan, yang memandang hidup sebagai suatu tragedi yang selalu tidak menguntungkan bagi orang baik. Ia selalu mengungkapkan bahwa kaum yang lemah tidak pernah mendapat keadilan,hal itu di ungkapkannya dengan pernyatan protes dan sindiran. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut:
…Melihat ada rumah mewah di Perumnas, dia akan bilang, “Lihat orang-orang kaya mendepak keluar orang-orang miskin.” Mendengar ngoeng-ngoeng mobil pejabat, dia akan berkomentar, Dengar itu sang Menteri korup lewat...(hal. 1)
Namun berbeda dengan temannya Kaelani, yang memandang hidup sebagai sebuah lelucon atau komedi yang selayaknya dinikmati dengan santai tanpa harus bersusah-susah memikirkan perlakuan yang secara moral dirasa tidak adil bagi kaum lemah. Semua dijalani sebagai suatu kemakluman terhadap tindakan orang –orang yang hanya mencoba memenuhi kebutuhan hidup, tanpa terkecuali orang yang dipandang baik tetap saja harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup secara materi juga. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut:
…Gedung retak, aspal mengelupas, tanah longsor, semua ditertawakannya. “Ya, kalau sudah rusak diproyekkan. Semua orang DPRD, kepala dinas dan tentu saja pembohongnya, eh, pemborongnya”...(hal. 1)
Pak RT kemudian menceritakan tokoh-tokoh pembantu yaitu Said Tuasikal beserta istri yang merupakan warga pendatang di RT-nya dengan sifat keras dan mudah terusik kesabarannya, lalu Pak Dwiyatmo yang memiliki sifat misterius dan sangat sulit berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Selain itu juga ada tokoh lain seperti ibu RT yang selalu setia mendampingi Pak RT dalam menjalankan tugas RT-nya. Tokoh Pak Dwiyatmo yang digambarkan tertutup terhadap orang lain, membuat tokoh Said Tausikal dan istrinya merasa tidak nyaman ketika tinggal dirumahnya sendiri. Istri Said Tuasikal dari budaya Jawa yang dikenal halus dan ramah, sedangkan budaya Ambon yang cenderung keras dan terang-terangan ketika menegur orang lain, tampak bertahan mulai dari awal hingga akhir cerita. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut :
“Ya, besoknya lagi Bapak akan menyarankan kami tidur di halaman.” Lagi, istrinya memintakan maaf suaminya. Kemudian lain hari keluarga Said pergi lagi, meninggalkan surat.”Tolong beri tahu beta kalau tetangga sebelah sudah dipanggil Allah.” (hal. 5)
Tokoh-tokoh di atas menghadirkan sifat-sifat yang lengkap, cerita yang dibangun berjalan sangat alami. Hal ini menyebabkan setiap tokoh memiliki karakter yang tidak berubah mulai dari awal hingga akhir cerita. Tokoh saya yang digambarkan sebagai Pak RT yang rendah hati, baik, serta jujur sementara istrinya digambarkan baik dan menurut dengan suami. Tapi Ketua RT dalam hal ini belum mampu membina disiplin yang merupakan salah satu nilai moral terhadap diri pribadi. Ketidakdisiplinan itu membawa dirinya kepada perasaan bersalah. Kesadaran dan kejujuran dari dalam diri inilah yang memberi pelajaran kehidupan bagi kepribadiannya. Tokoh saya sebagai Ketua RT, jujur bahwa dirinya telah gagal untuk mendamaikan perkara dua warganya, yaitu Dwiyatmo dan Said. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut :
“Walhasil, saya gagal jadi Ketua RT, gagal mendamaikan Pak Dwiyatmo dan Said. Saya, doktor ilmu politik berijazah luar negeri! Entah apa yang akan saya katakan pada Said kalau kebetulan ketemu di kampus. Saya juga menghindar setiap mau ketemu orang yang saya persangkakan dari Ambon, nyata atau khayalan, hidup atau mati, di mana saja. Saya sangat malu.” (hal. 5)
Perasaan malu dan kejujuran yang di miliki tokoh saya dapat diambil sebagai contoh nilai moral untuk diri pribadi. Di samping itu Tokoh saya sebagai ketua RT juga mempunyai moral yang baik kepada warganya. Dia mampu menjaga hubungan baik dengan warganya walaupun dia gagal menjaga hubungan baik antara dua warganya yang berselisih. Ini menunjukkan bahwa ketua RT mempunyai nilai moral yang saling berhubungan antara manusia dengan diri pribadi, dengan lingkungan sosial dan juga dengan tuhan.
d. Latar
Dalam cerpen "Jalan Asmaradana", latar tempat yang digunakan adalah di Perumnas, bagian perumahan dosen. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut :
“Mohon diketahui bahwa selepas tugas belajar saya tinggal di Perumnas, bagian perumahan dosen. Sebagai orang paling terpelajar, saya didaulat teman-teman jadi Ketua RT, menggantikan Pak Trono yang pindah.” (hal. 1)
Juga dalam kutipan berikut :
“Pak Dwiyatmo dan Said Tuasikal tinggal satu kupel, dinding dari asbes menyekat RS mereka yang masih asli itu. Pak Dwiyatmo adalah penghuni lama, Said dan istri menyewa rumah sebelahnya untuk lima tahun sampai selesainya program S3.” (hal. 2)
Sementara itu, latar waktu yang digunakan adalah malam hari, siang hari, pagi hari, dan sore hari. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut :
“Pak Dwiyatmo dianggap membuat bising. Sebab, larut malam malah dia bekerja, memaku, membenarkan dipan atau apa begitu, thok-thok-thok..” (hal. 2)
Juga dalam kutipan berikut :
“Hari Minggu pun pagi-pagi sekali ia akan memikul cangkul, mengunci pintu, siang pulang, mengunci pintu, dan tidur sampai sore.” (hal. 3)
e. Sudut Pandang
Dalam cerpen Jalan Asmaradana menggunakan sudut pandang orang pertama (saya), yang terdapat dalam kutipan berikut :
“Saya terima pekerjaan ini, dengan satu syarat. Ketua RT itu tugas kolektif keluarga. Saya dan istri. Kalau saya di rumah, saya akan aktif, kalau tidak, istri yang mengerjakan.” (hal. 1)
Kemudian menggunakan sudut pandang orang ketiga (dia), yang terdapat dalam kutipan:
“Namun, wong sabrang yang biasanya thok-leh dan bernama Said itu, tak pernah menegur secara langsung Pak Dwiyatmo perihal kelakuannya. Istrinya melarang dia. Katanya, “Orang Jawa itu jalma limpat, dapat menangkap isyarat.”” (hal. 2)
f. Amanat
Dalam cerpen tersebut kita dapat mengambil amanat bahwa dalam hidup bermasyarakat kita harus dapat bersosialisasi yang baik, terutama dengan tetangga. Hal tersebut sangat penting karena berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu sebagai makhluk sosial kita juga harus saling mengerti dan memahami antar sesama agar tidak menimbulkan konflik atau masalah.




2. Aliran sastra yang masuk dalam Cerpen Jalan Asmaradana
Dalam cerpen Jalan Asmaradana terdapat Aliran Realisme. Aliran realisme ialah aliran yang mengemukakan kenyataan yang bersifat obyektif karena pengaranag melukiskan dunia kenyataan. Dalam aliran ini menggambarkan seperti apa yang tampak, tidak kurang dan tidak lebih. Rasa simpati pengarang terhadap obyek yang dilukiskannya, tak boleh disertakannya. Dengan begitu pengarang dalam cerita tidak ikut bermain, dia hanya sebagai penonton yang obyektif. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut :
“Rt 03 Rw 22: Jalan Belimbing Atau Jalan Asmaradana ada tragic sense of life, ada comic sense of life. Mereka yang menganggap hidup sebagai tragedi, memandang dunia serba suram.” (hal. 1)
Dari kutipan di atas kita dapat mengetahui bahwa cerpen jalan asmaradana berada di Rt 03 dan Rw 22: Jalan Blimbing, yang merupakan daerah terjadinya cerita dalam cerpen tersebut.
kemudian :
“Pak Dwiyatmo versus Said Tuasikal di Jalan Belimbing (keluarga kami menyebutnya Jalan “Asmaradana”. Asmara artinya cinta, dana singkatan dari dahana artinya api). Itu adalah tragic-comedy yang mengganggu karier saya sebagai Ketua RT.” (hal. 1)
Kutipan di atas konflik antara Pak Dwiyanto dan Said tausikal seperti tampak nyata, karena nuansa cerita yang digunakan tentang kehidupan sehari – hari, hal itu tidak menutup kemungkinan juga di alami oleh sebagian orang di masyarakat. Dalam cerpen ini melibatkan tokoh secara umum, sehingga pembaca mudah dalam memahaminya.
C. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap unsur Intrinsik dan Aliran Sastra yang terdapat dalam cerpen Jalan Asmaradana dapat disimpulkan bahwa cerpen tersebut bertemakan sosial yang menggunakan alur maju, yang mana tokoh utamanya adalah pak RT dan tokoh pembantu yaitu Said Tuasikal beserta istri, Pak Dwiyatmo, dan ibu RT. Dalam cerpen tersebut latar tempat di Perumnas, bagian perumahan dosen, dan latar waktu saat malam hari, siang hari, pagi hari, dan sore hari. Di samping itu sudut pandang yang digunakan yaitu sudut pandang saya dan sudut pandang dia, serta terdapat amanat bahwa dalam hidup bermasyarakat kita harus dapat bersosialisasi yang baik. Aliran yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah Aliran Realisme.

DAFTAR PUSTAKA
file:///E:/aliran-sastra.htm
http://www.scribd.com/doc/25373240/Aliran-sastra
http://id.wikipedia.org/wiki/Kuntowijoyo
Diponegoro, Muhammad. 1985. Yuk, Menulis Cerpen, Yuk. Yogyakarta: Shalahuddin Press.

Puasa Bikin Lemes?

Kita terbiasa berpikir dengan berpuasa, banyak waktu makan yang harus "hilang", yaitu sarapan dan makan siang. Dan pola pikir demikian ternyata men-sugesti kita untuk merasa lemas saat menjalani puasa, terutama saat siang sampai menjelang waktu berbuka.

Memperbanyak asupan serat pada saat sahur adalah salah satu cara mencegah cepat datangnya 'kukuruyuk' di perut. Serat bisa diperoleh dari buah-buahan, sayur-sayuran, atau karbohidrat berserat seperti oatmeal. Serat atau karbohidrat kompleks memiliki efek mengenyangkan karena mampu mengembang dalam lambung. Namun serat juga lebih lama dicerna dibandingkan dengan karbohidrat sederhana, protein dan lemak. Artinya, serat akan lebih lama tertinggal di lambung dibanding zat gizi lainnya. Karena itu perut akan terasa lebih lama kenyang,

dan kadar gula darah juga lebih terjaga.

Untuk menghindari lemas, Anda juga bisa mengkonsumsi segelas susu saat sahur. Sebaiknya konsumsi pula suplemen yang mengandung vitamin B kompleks agar metabolisme Anda semakin oke. Saat sahur memang disunahkan untuk makan sahur mendekati waktu imsak, oleh karena itu lakukan makan sahur Anda kira-kira 15-30 menit sebelum imsak, dan makanlah serat di saat-saat terakhir makan sahur Anda. Selain "mengirit" waktu cerna makanan, sahur sebelum imsak sangat baik untuk mencegah terlewatnya shalat Subuh.

Penyejuk Hati

Orang yang taat pada Allah akan di taati oleh orang lain
 Jika kita lapar baca surat Al ikhlas sekali
 Ilmu yang bermanfaat adlah ilmu yang bias mendekatkan diri kita kepada Allah dan di ukur keitika ada panggilan A llah kita langsung melakukan ibadah
 Sunnat A b’at adalah sunnah ketika di tinggalkan untuk melakukan sujud sahwi
 Sunnah hai’at adalah sunnah yang apabila di tinggalkan tidak di gantikan dengan sujud sahwi
 Sholat fajar adalah sholat qobliyah subuh
 Puasa ayaumul bid adalah hari putih pada tanggal 13, 14, 15
 Sholih / sholihah adalah orang yang memenuhi hak hak Allah dan hambanya
 Ziarah kubur dalah mendatangi kuburan dan mendoakan mayit dalam kubur dan agar ingat besok kita akan meninggal dan di kubur
 Barang siapa sholat subuh berjamaah setelah itu dzikir kepada A llah sampai terbitnya matahari maka orang itu di beri pahala seperti orang haji dan umrah sempurna
 Orang yang rindu masuk syurga maka dengan cepat cepat melakukan kebaikan
 Sholat menyatakan bahwa kita rendah di hadapan Allah
 Penyakit yang sulit di obati yaitu menuruti nafsu untuk bersenang senang
 Anak pondok adalah calon dokter hati. Contohnya penyakit riya dan hasud

Bentuk-bentuk Paragra

Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah dengan cara penulisan yang harus dimulai dengan baris baru, terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan serta membentuk satu kesatuan pikiran. Dalam membaca kita pasti menemui apa yang di sebut paragraf. Paragraf sangat diperlukan dalam setiap menulis buku ataupun yang lainnya yang berhubungan dengan membaca. Paragraf yang baik dan menarik adalah paragraf yang sesuai dengan paragraf sebelumnya atau informasi yang disampaikan tidak menyimpang dari paragraf sebelumnya. Macam-macam paragraf menurut tujuannya yaitu :
1. Narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga pembaca seolah-olah mengalami kejadian itu. Ciri-cirinya yaitu adanya kejadian, ada alur (tokoh,tempat,dan waktu), adanya karakter tokoh. Paragraf narasi ide pokoknya terletak diawal dan diakhir paragraf (campuran).
2. Deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci, yang bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan jelas sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca, atau merasakan hal yang dideskripsikan. Ciri-cirinya yaitu ada objek yang digambarkan, informasi yang disampaikan runtut, bersifat subyektif bermakna konotasi. Paragraf deskripsi ide pokoknya bias deduktif dan bias juga induktif sesuai dengan ide dari penulis.
3. Argumentasi adalah paragraf yang membuktikan kebenaran tentang alasan dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan untuk memperkuat ide atau pendapatnya penulis wacana argumentasi menyertakan data-data pendukung, dengan pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang disampaikan penulis. Ciri-cirinya yaitu ada pendapat yang disertai dengan alasan yang logis untuk meyakinkan pembaca, bahasa yang digunakan bermakna denotatif, bersifat obyektif, dan ditutup dengan kesimpulan. Paragraf argumentasi ide pokoknya bisa deduktif dan juga bias induktif sesuai dengan ide dari penulis.
4. Persuasi adalah paragraf yang bertujuan mempengaruhi, menghimbau, membujuk atau merayu pembaca sehingga pembaca tergiur atau terpengaruh untuk mengikuti keinginan penulis. Ciri-cirinya yaitu ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu, bersifat objektif, berupa fakta. Paragraf persuasi ide pokoknya bisa deduktif dan juga bias induktif sesuai dengan ide dari penulis.
5. Eksposisi adalah karangan yang menyajikan atau memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya, pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelas-jelasnya. Ciri-cirinya yaitu ada informasi untuk memaparkan suatu proses yang runtut, sistematis dan berkelanjutan, adanya gambar diagram untuk memperjelas isi paparan, nerusaha memberikan informasi yang jelas, bersifat obyektif, bermakna denotatif, dan berupa fakta dan opini. Paragraf eksposisi biasanya cenderung deduktif.

Problematika Membaca Artikel

KETERAMPILAN MEMBACA
PROBLEMATIKA MEMBACA ARTIKEL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Keterampilan Membaca
Dibimbing oleh Bu. Prima Vidya Asteria, S.Pd













Disusun Oleh Kelompok 3 :
1. Faizatur Rohmah (115110701111001)






UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Desember 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Definisi artikel atau pengertian artikel dibahas oleh berbagai tulisan dan literatur, namun menurut kangmoes, definisi yang paling ringkas dan paling sederhana adalah definisi artikel menurut kamus besar bahasa indonesia. Menurut KBBI, pengertian artikel adalah “karya tulis lengkap” misalnya laporan berita atau esai dalam majalah. Menurut definisi ini sebuah artikel idelanya membahas seluk beluk suatu tema secara tuntas. Oleh karena itu, beberapa orang kemudian mencoba untuk merinci ciri-ciri sebuah artikel, yakni lugas, logis, tuntas, obyektif, cermat, jelas dan padat.
Akan tetapi, karena tidak ada aturan baku sebuah artikel harus begini dan begitu (setidaknya sampai saat ini kangmoes belum menemukannya) maka sebagian orang menyanggah pendapat mengenai ciri-ciri artikel diatas karena penulisan artikel bisa tergantung karena tujuan dituliskannya artikel. Tujuan penulisan artikel paling misalnya;
1. Tujuan Penugasan
Misalnya seorang siswa sekolah yang diberi tujuan untuk menulis sebuah artikel.
2. Tujuan Informasi
Artikel yang tujuannya semata-mata untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai sebuah hal.
3. Tujuan Persuasi (membujuk)
Artikel yang mengulas sesuatu hal yang didalamnya terkandung muatan pembujukan kepada pembaca untuk melakukan suatu hal atau membeli suatu barang. Misalnya artikel tentang diabetes yang terselip materi promosi akan suatu produk bebas gula yang aman dikonsumsi oleh penderita diabetes. Secara tidak langsung, ini menjadi sanggahan akan ciri obyektif sebuah artikel yang telah disebutkan diatas.
4. Tujuan Entertainment
Artikel yang tujuannya untuk menghibur pembaca.
5. Tujuan Eksistensi
Artikel yang ditulis untuk menjadi penegasan diri atau untuk menyatakan eksistensi diri penulis kepada pembaca.
6. Tujuan Kreatif
Artikel yang ditulis untuk penyaluran suatu ide.
7. Tujuan Pemecahan masalah
Yakni artikel yang ditulis dengan tujuan membantu pembaca memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Namun menurut kamus, batas-batas dari penulisan artikel bisa menjadi lebih luas lagi. Dengan kata lain, definisi artikel atau pengertian artikel bisa pula tergantung konteks keilmuan yang dihadapi oleh penulis artikel.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1.2.1 Bagaimana Fenomena membaca artikel?
1.2.2 Apa saja problematika membaca artikel?
1.2.3 Bagaimana solusi dari kesulitan membaca artikel?

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.3.1 Mengetahui bagaimana fenomena membaca artikel.
1.3.2 Mengetahui apa saja problematika dari membaca artikel.
1.3.3 Dapat mengetahui solusi dari kesulitan membaca artikel.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fenomena Membaca Artikel
Dalam artikel "Perdagangan Manusia", tersirat sejumlah persoalan penting yang perlu dicermati dan ditanggapi. Permasalahan adalah sesuatu yang dapat rnenghambat dalam pencapaian tujuan. Jika tidak segera diatasi, permasalahan berpotensi menimbulkan kerugian. Permasalahan menyebabkan jarak yang semakin lebar antara harapan dan cita-cita hidup dengan kenyataan. Di antara permasalahan itu, ada yang sudah begitu nyata mengancam kehidupan pembaca.
Permasalahan tersebut bukan lagi berupa isu, rumor, opini, fenomena, atau wacana, melainkan benar-benar konkret dan dekat dengan kehidupan pembaca. Permasalahan tersebut perlu penanganan segera karena dampaknya akan langsung dirasakan. Biasanya, persoalan itu menyangkut urusan pemenuhan kebutuhan pokok atau hak yang mendasar dari hidup manusia.
Di samping itu, ada permasalahan yang bersifat umum atau universal. Permasalahan ini merupakan persoalan global yang kadang tidak begitu disadari kehadirannya. Pembaca yang tidak peka dan peduli pada isu-isu global dan kurang mengikuti arus informasi, kadang hanya menganggapnya sebagai cerita atau wacana. Memang, permasalahan itu tidak menimbulkan dampak yang langsung memengaruhi nasib manusia. Namun, kalau tidak diwaspadai dan diantisipasi, iuga berpotensi besar menimbulkan kerugian bagi kehidupan.
2.2 Problematika Membaca Artikel
a. Menentukan Topik dan Kalimat Topik dalam Artikel
Topik adalah berasal dari bahasa Yunani “topoi” yang berarti tempat, dalam tulis menulis berarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu artikel. Artikel yang baik tidak mengandung informasi tak relevan maupun informasi yang sedikit relevan. Ketika menulis artikel, mungkin Anda melenceng ke topik sampingan. Masukkan informasi tambahan semacam itu pada artikel berbeda yang lebih sesuai dengan topik baru tersebut. Pranala dapat diberikan ke artikel baru ini dan pembaca yang tertarik dapat mengikuti pranala tersebut, sementara pembaca yang tidak tertarik tidak perlu terganggu.
Ciri-ciri kalimat topik:
a.Biasanya diletakkan pada awal paragraph, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian akhir paragraf.
b.Suatu kalimat berisikan kalimat utama ditandai oleh kata-kata kunci seperti:
• Sebagai kesimpulan….
• Yang penting….
• Jadi, …..
• Dengan demikian…
c. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat penjelas.
b. Kesulitan Menemukan Ide Pokok Dalam Artikel
Didalam menemukan ide pokok dalam artikel ada beberapa letak yaitu terdapat di awal kalimat (deduktif), di akhir kalimat(induksi), di tengah kalimat dan di awal dan di akhir kalimat (campuran). Cara menemukan ide pokok dan permasalahan dalam artikel yaitu bacalah artikel kemudian temukan ide pokoknya, biasanya ide pokoknya dijumpai di awal kalimat, di akhir kalimat dan di tengah kalimat serta di awal dan akhir kalimat, bila perlu kalimat-kalimat penjelas atau gagasan pendukungnya diabaikan. Setelah menemukan ide pokoknya dari masing-masing paragraf, rangkaikanlah dengan kalimat yang sederhana dan efektif untuk menjadikannya ke dalam satu kesatuan pikiran. Dengan demikian, pokok pesoalan atau permasalahan yang dibahas dalam artikel menjadi jelas. Menemukan ide pokok terdapat beberapa pola yaitu terbagi atas dua pola yakni:
a. Pola Pengembangan Paragraf Secara Induksi
Pola pengembangan paragraf secara induksi yaitu pola pengembangan ide pokok atau gagasan-gagasan yang terdapat di akhir kalimat. Pola pengembangan paragraf secara induksi terdiri dari generalisasi, analogi dan sebab-akibat. Generalisasi adalah proses penalaran menggunakan beberapa pernyataan khusus dengan ciri-ciri tertentu untuk ditarik simpulan yang bersifat umum. Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal (atau lebih) yang memiliki sifat atau keadaan yang sama agar dapat ditarik simpulan yang sejalan. Sedangkan sebab-akibat adalah penyebab dari suatu masalah menuju akibat dari masalah tersebut.
b. Pola Pengembangan Paragraf Secara Deduktif
Pola pengembangan paragraf secara deduktif yaitu pola pengembangan ide pokok atau gagasan-gagasan yang terdapat diawal kalimat. Pengembangan secara deduktif terdiri dari silogisme dan entimem. Silogisme adalah sebuah cara menarik simpulan (konklusi) berdasarkan premis yang ada. Premis adalah pernyataan yang dianggap atau diamsusikan benar. Sedangkan entimem adalah silogisme yang diperpendek atau dipersingkat. Caranya dengan melesapkan unsur PU (premis umum).
Artikel terdiri dari gagasan-gagasan yang tertuang ke dalam bentuk kalimat pada masing-masing paragraf. Gagasan inilah yang disebut dengan ide pokok penulisan. Biasanya kita sulit menentukan ide pokok dan permasalahan yang terdapat dalam artikel karena disebabkan kurangnya daya pemahaman dan memaknai isi dari suatu bacaan dan kurangnya pengetahuan ataupun teknik dalam menemukan ide pokok dalam artikel. Kita dapat menemukan ide pokok dan permasalahan dalam artikel dengan membaca intensif, sehingga kita dengan cepat menemukan ide pokok yang terdapat dalam artikel.
c. Menyimpulkan isi Artikel
Dengan kita sudah menemukan topik dan kalimat topik, itu dapat memudahkan kita mengetahui isi.
Setelah kita mengerti langkah awal itu, kita tinggal menggabungkan ide pokok yang terdapat dalam setiap paragraf
Paragraf yang tersusun atas beberapa ide pokok itulah yang menjadi isi utama artikel tersebut


2.2 Solusi Dalam Kesulitan Membaca Artikel
1. Membaca Intensif
Membaca intensif merupakan suatu kegiatan membaca secara teliti dengan tujuan memahami keseluruhan isi bacaan, baik yang bersifat tersurat maupun tersirat. Tujuan membaca intensif yaitu dapat dengan mudah menemukan ide pokok dan permasalahan yang dikaji dalam artikel atau suatu bacaan.
Biasanya kita sulit menemukan ide pokok dalam artikel karena kurangnya pemahaman dan memaknai isi artikel atau suatu bacaan serta kurangnya pengetahuan tentang cara menemukan ide pokok dalam artikel. Untuk itu kita menggunakan cara membaca intensif dalam menemukan ide pokok maupun permasalahan yang dikaji dalam artikel maupun dari bacaan lainnya.
2. Menentukan Kalimat utama
Kita dapat mencari gagasan utama paragraf dengan hanya mencari kalimat utama. Untuk mencari kalimat utama kita hanya perlu mencari kalimat yang mencangkup seluruh isi paragraf, yang mana kalimat itu menyeluruh, simpel.Adapun cara lainya yaitu mencari kalimat yang mana kalimat itu di jelsakan oleh kalimat yang lain.
Ex: Di kebunku terdapat macam-macam bunga. Ada bunga mawar yang harum dan bentuknya indah. Ada pula bunga melati yang rumpun dengan bau semerbak. Serta, juga ada pula bunga matahari besar yang hampir memenuhi kebunku.
macam-macam bunga dijelaskan oleh = mawar,melati,matahari






BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cara menemukan ide pokok dalam artikel yaitu bacalah artikel terlebih dahulu kemudian temukan ide pokoknya. Biasanya ide pokok dapat ditemukan pada awal kalimat (deduktif), akhir kalimat (induktif) dan di tengah kalimat serta di awal dan di akhir kalimat (campuran). Setelah ide pokoknya ditemukan pada masing-masing paragraf, rangkaikanlah dengan kalimat yang sederhana dan efektif untuk menjadikannya ke dalam sau kesatuan pikiran. Dengan demikian, pokok persoalan atau permasalahan yang dibahas dalam artikel menjadi jelas.
Ide pokok dalam artikel ataupun bacaan lainnya dapat ditemukan dengan kegiatan membaca intensif, karena dengan membaca intensif kita dengan mudah memahami dan memaknai isi dari suatu bacaan dalam artikel.






3.2 Saran
Penulis berharap agar kegiatan membaca intensif ini dapat ditingkatkan sehingga para pelajar dapat menemukan ide pokok yang terdapat dalam artikel.






DAFTAR PUSTAKA
Marsudi, Demas. 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia 3. Surakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Sukoco, Hari. 2009. Bahasa Indonesia. Jakarta: Sinar Mandiri.
Kegunaan coklat bagi kesehastan Originally published in Shvoong: http://id.shvoong.com/society-and-news/news-items/1989197-kegunaan-coklat-bagi-kesehastan/

Buku Fiksi

Judul : Sekali Peristiwa di Banten Selatan
Penulis : Pramoedya Ananta Toer

Sekali Peristiwa Di Banten Selatan
Di sebuah gubuk yang terletak dikaki gunung tinggal seorang laki-laki yang berumur kurang lebih tiga puluh tahun. Ranta, begitulah orang memanggilanya. Dia tinggal bersama istrinya yang bernama ireng. Pendopo gubuk ranta berlantai tanah di peraboti dengan sebuah bangku panjang yang terbuat dari bamboo batangan.
Dua pemikul singkong, yang hendak menuju ke tempat truk-truk dari kota , muncul dari tikungan jalan. Sampai di beranda pondok ranta mereka berhenti. Yang pertama kemudian duduk di atas bangku, kemudian merokok. Yang pertama : Huh! Ingat kau, jalan ini dulu kita yang buat. Dulu ramai-ramai rodi. Apa sekarang? Lewat jalan yang kita buat sendiri kita bayar pajak pada onderneming. Yang kedua : Iya-ya, orang begitu bagus-bagus, kulitnya putih, hidungnya mancung, tapi tamaknya…Ngadubilah setan! Yo-ah, nanti keburu hujan. Keduanya bangkit dan melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian datang Ranta, langsung ia menuju pintu tetapi masih terkunci. Kemudian Ireng istrinya datang, menggendong bakul kosong di belakangnya. Istrinya membuka kunci pintu dan menyilakan suaminya masuk. Dengan menghadap pada pintu ternganga di mana suaminya masuk ke dalam rumah ia berkata dengan suara tertahan,”pasar kacau pak, diobrak-abrik DI”. “Dia lagi!”, suara ranta menahan marah. Tiba-tiba datang Musa dari tikungan jalan. Dengan menundukkan kepala dan lemah lunglai ranta keluar dari rumah. “Ada apa Gan”, sambut ranta. Musa menyuruh ranta untuk mencuri bibit karet kemudian merogoh kantungnya dan menyerahkan uang seringgit pada ranta. Ranta ingin menolak tapi Musa memaksa bahkan mengancamnya. Mau tak mau ranta menjalankan perintah musa. Sebelum pergi musa berpesan pada ranta “ Kalau ada apa-apa, jangan sebut namaku, mengerti? Ranta mengiyakan semua permintaan Musa. Kembali dua orang pemikul singkong datang ke rumah ranta, mereka ingin meminta izin untuk menginap tapi saat pintu rumah ranta mereka ketuk tidak ada jawaban dari dalam. kedua orang pendatang itu tidur di bale beranda, pelahan dan hati-hati ranta membuka pintu. Pada pinggangnya terselit sebilah golok panjang, pada tanganya dia membawa pikulan dan tali.
Tiba-tiba dari dalam rumah terdengar suara Ireng, “Yahh, ke mana orang ini?”. Dia tertegun, mendengar bunyi orang berkeluh di bale beranda rumahnya. Kemudian Ireng menghampiri dan membangunkan dua orang yang tidur di beranda rumahnya. Nampak Yang pertama terlompat dari bale dan berkata “Maaf Mpok, kami menginap di sini semalam. Yang kedua pun bangun dan turun dari bale. Yang pertama menceritakan pada Ireng bahwa sebenarnya mereka mau ke tempat pemunggahan truk, jual singkong tapi truk di bakar DI. Mendengar cerita itu Ireng tertegun dan mempersilahkan mereka untuk membersihkan diri. Yang kedua memberikan beberapa batang singkongnya pada Ireng untuk di masak. Ireng muncul di beranda membawa sepiring singkong rebus dan menaruhnya di atas ambin. Kemudian kedua orang pendatang muncul pula dalam keadaan segar setelah mandi. Tak lama kemudian datang pula ranta dari tikungan jalan, dia datang dalam keadaan berlumuran lumpur. Ranta menceritakan pada mereka semua kejadian yang dialaminya semalam, ternyata Musa menipu dirinya. Musa menyuruh mencuri bibit karet onderneming. Ranta bawakan dua kali balik, tapi ketika ranta menanyakan upah, diterimanya oukulan rotan, di rampas pikulan dan goloknya.
Yang pertama terkejut dan berkata “ Cuma orang semacam juragan musa yang bias berbiat begitu”. Ranta lebih terkejut karena mengetahui Yang pertama mengenal Musa. Ternyata Yang pertama juga pernah mengalami nasib yang sama seperti ranta. Ranta menggeleng-gelengka kepala dan berkata “ kekayaan mereka peroleh dari maling. Ireng masih ingat waktu anak kita yang pertama sakit keras, pinjam hutang pada mereka? Anak kita meninggal. Panen seluruhnya mereka ambil. Kita kelaparan terpaksa jual tanah. Mereka juga yang ambil tanah kita. Berapa harganya? Tak cukup buat modal dagang di pasar! Ludas! Tandas! Kuras”. Kemudian yang pertama menyilakan ranta untuk makan dulu. Tiba-tiba dari kejauhan juragan Musa datang. Semua Nampak kaget dan cemas terkecuali ranta. Juragan Musa lewat depan rumah Ranta tanpa sedikitpun memandang beranda. Kedua orang pemikul singkong kemudian pamit pulang. Tak di duga Juragan Musa datang dari arah dia pergi, sampai di depan rumah Ranta dia memanggil-manggil ranta, tapi dari dalam rumah tak ada jawaban. Dengan nada marah Juragan Musa terus memanggil ranta, tapak tangan kananya menjinjing aktentas. Akhirnya ranta keluar dengan bahu tertarik ke atas matanya terpusat pada wajah Juragan Musa, sedang kedua belah tangannya terangkat ke atas sedikit. Melihat ranta yang seperti itu Juragan Musa menjadi takut, kemudian dia lari terbirit-birit dengan meninggalkan aktentas dan tongkatnya jatuh ke tanah. Tanpa di duga datang Yang pertama,Yang kedua, dengan membawa teman Yang ketiga. Tiba-tiba Yang ketiga berkata “Cuma aku yang tahu isi aktentas itu”. Yang kedua bertanya “dari mana kamu tahu?”. Yang ketiga menjelaskan bahwa tiap Rabu malam Juragan Musa berunding dengan DI, Kemudian Yang ketiga memberi tahu kalau ranta dan Ireng dalam bahaya. Segera Ireng ke dalam, dia keluar lagi membawa bungkusan kecil. Sedangkan ranta memungut aktentas dan cepat-cepat mereka pergi meniggalkan beranda. Malam harinya rumah ranta di bakar pesuruh Juragan Musa.
Siang harinya juragan Musa pulang ke rumah dalam keadaan yang luar biasa. Dia mirip penjudi kalah main yang kesiangan pulang. Istinya mencoba menolongnya, tapi juragan musa tak menghiraukannya dan memarahi Nyonya karena menyuruh Rodjali pergi mencarinya ketika Juragan Musa belum pulang. Mengetahui suaminya yang seperti itu, Nyonya minta cerai. Mendengar itu Juragan Musa tertegun, kemudian secara mendadak datang Rodjali dan dia langsung di suruh ke rumah pak Kasan. Setelah rodjali pergi Juragan Musa meminta maaf pada istrinya atas perlakuannya, Nyonya memaafkannya tapi dengan syarat mau memperlakukan dia sepatutnya. Malam harinya mereka bertengkar lagi, karena Nyonya mengetahui kalau suaminya Pembesa DI, saat itu juga datang beberapa prajurit dan Komandan menangkap Juragan Musa. Ranta melaporkan pada Komandan kalau Juraga Musa sebenarnya Residen DI. Tidak lama kemudian ranta datang, dan Komandan meminta ranta untuk menggantikan Juragan musa sebagai lurah, sampai diadakan pemilihan lurah baru. Sejak saat itu Ranta dan Istrinya Ireng tinggal di rumah Juragan Musa. Pagi harinya Komandan datang menemui ranta, dalam hal itu mereka membicarakan tentang mempertahankan keamanan daerah, dan ranta member saran pada Komandan untuk persatukan rakyat, dan melawan musuh bersama-sama dengan bergotong royong membuat pertahanan, jebakan dan ranjau-ranjau. Mendengar itu Komandan menyetujuinya. Sejak suaminya di tangkap Nyonya tinggal bersama ranta, dan dia menceritakan semua prilaku suaminya.
Setelah diskusinya dengan Komandan, ranta memanggil seluruh rukuntetangga untuk membahas Gerombolan yang akan datang untuk menyerang. Ranta menghimbau agar selalu menjaga persaudaraan dan persatuan, dia juga mnyuruh untuk memasang ranjau-ranjau bambu terpendam di tempat-tempat yang dilewati gerombolan. Penduduk di daerah itu tidak diperbolehkan untuk meninggalkan desa. Sorenya beberapa prajurit datang menemui ranta, mereka menyampaikan perintah dari komandan yaitu pertahanan rakyat agar dipercepat. Mendengar itu ranta langsung berangkat. Setelah ranta melakukan pertahanan rakyat, Komandan berterima kasih padanya.
Tiga bulan kemudian, ada beberapa rombongan orang yang sedang bekerja. Mereka bergotong royong memasang pasak. Ranta, Komandan dan prajurit mendatangi mereka. Di situ ranta berpidato tentang pentingnya gotong royong, kerja sama, bersatu dan bersaudara. Setelah pidatonya itu ranta berseri-seri semua orang bersorak bersama menyetujui pidatonya.mereka senua bangkit, bergandengan tangan, dan menyanyikan gotongtoyong dengan irama yang cepat, yakin, riang gembira, penuh kepercayaan pada hari depan dan pada rahmat kerja.

 Kelebihan buku Sekali Peristiwa di Banten Selatan:
1. Cerita dikemas dari melakukan kunjungan singkat penulis suatu desa di Banten Selatan pada tahun 1957.
2. Banyak bercerita tentang masa lalu, tapi baik tema maupun makna yang tertulis maupun tidak tertulis dalam tulisan tetap relevan pada masa kini dan yang akan datang.
3. Cerita menarik dan mampu memberikan motivasi kepada pembaca.
4. Pembaca tidak harus berkonsentrasi dalam membaca karena cerita yang disuguhkan penulis dapat menghibur pembaca.
 Kekurangan buku Sekali Peristiwa di Banten Selatan:
1. Narasi utama dalam novel lebih berpihak pada mereka yang lemah.
2. Bahasa yang digunakan penulis kurang dapat dipahami oleh pembaca saat ini.

Buku Non Fiksi

Judul : Makrifat Cinta Ahmad Dhani
Penulis : Agus Wahyudi
Ahmad Dhani adalah sosok fenomenal. Sebagai seorang publik figur, tingkah dan perilakunya selalu mengundang berita. Dulu waktu meluncurkan album ‘Arjuna mencari Cinta’ ia digugat oleh Yudistira AM Massardhi yang mengaku dirinya sebagai pencetus istilah tersebut. Selain itu album Dhani yang lain yakni ‘Bintang Lima’ sempat menyulut aksi anarkis dalam bentuk pembakaran atribut kaset DEWA di Bandung. Dan terakhir ini, yang paling dahsyat Dhani dihujat dan di dakwa telah menghina Tuhan, didakwa telah menyebarkan ajaran sesat, plus dituduh sebagai antek Zionis Israel alias Yahudi. Tetapi mungkin ini kata yang paling pas untuk Dhani: The show must go on, layaknya jargon dari group musik kesayangannya, QUEEN. Yang paling heboh tentu saja kasus yang terjadi tahun 2005 saat menghadapi arus protes yang datang dari berbagai kalangan, berkaitan dengan logo album terbaru, Laskar Cinta. Logo tersebut dianggap mengadopsi kaligrafi tulisan Allah. Kasus logo merebak menyusul penampilan di acara Eksklusif Trans TV berjudul Dewa Live on Air, pada 10 April 2005. Dalam penampilannya, Dewa beraksi di atas karpet dengan logo mirip kaligrafi Allah. Setelah penampilan tersebut, keesokan harinya beredar surat elektronik pada sejumlah mailing list berjudul “Dhani Dewa Antek Israel Menginjak-injak Allah”.
Group band Dewa menghadapi persoalan serius, group band yang dipimpin Ahmad Dhani itu dianggap melecehkan islam. Yang menjadi masalah besar adalah saat pertunjukan Eksklusif Dewa di Trans TV. Reaksi spontan pun muncul dari ustadz Wahfiudin yang protes dengan langsung menghubungi dan mendatangi Trans TV. Penggunaan lambing kaligrafi dalam album terbaru Dewa yang berwarna merah dan hitam itu juga mendapat tanggapan Didin Sirajuddin AR dari Lemka Jakarta. Reaksi keras lainnya pun bermunculan dari tokoh-tokoh agama islam, seperti Habib Muhammad Rizieq Shihab dan KH Maktub Effendy. Ahmad Dhani dengan kerendah-hatian menyampaikan bahwa peristiwa tersebut, demi Allah,benar-banar murni musibah tanpa kesengajaan, terutama akibat ketidaktahuan team setting panggung Trans TV. Di sisi lain, saya juga sangat berharap pada kritisi, mau sedikit meluangkan waktu membaca lirik-lirik lagu dalam album Laskar Cinta, dengan penuh ketelitian dan sedikit perenungan. Lirik-lirik tersebut memuat dengan luapan cinta kepada Sang Khalik, juga usaha saya untuk melakukan “sedekah” bagi-Nya. Kekaguman kepada Sayyidah Rabiah al-Adawiyah, membawa Ahmad Dhani kepada perenungan tentang pengabdian kepada Allah tanpa pamrih. Terlepas dari itu semua Ahmad Dhani secara pribadi menyampaikan permintaan maaf kepada siapapun atau pihak manapun yang merasa tersinggung akan ucapan atau tindakannya selama ini. Dia juga ingin menyampaikan terima kasih atas tegur sapa, juga kritik membangun yang ditujukan kepada Ahmad Dhani dan Dewa. Tuduhan lain datang dari Ridwan Saidi, budayawan sekaligus sastrawan plus teman ayah Dhani, terang-terangan mengatakan kalau isi lagu DEWA bernuansa ajaran sesat yakni ajaran pantheisme(kesatuan hamba-Tuhan) atau lebih sering disebut dengan manunggaling kawula gusti. Dia di tuduh atheis, dianggap meniadakan keberadaan Tuhan. Dhani dituding sebagai pendakwahajaran Syekh Siti Jenar. Ternyata kasus ini cukup berdampak besar.
Di tanah jawa, menurut kisah yang melagenda, ada seorang wali atau syekh yang mbalelo. Dia adalah Syekh Siti Jenar yang mengaku diri sebagai pengukut ajaran al-Hallaj. Oleh wali songo, Siti Jenar dianggap telah sesat dan murtad karena mengaku dirinya Tuhan. Syekh siti jenar merasa telah manunggal(menyatu) dengan Tuhan. Atau dikenal dengan istilah manunggaling kawula gusti. Namun demikian, dalam sejarah Imam al-Ghazali mampu meredam konflik berkepanjangan antara kaum sufi dengan kaum pejuang syariat. manunggaling kawula gusti berarti bersatunya hamba dengan Tuhan. Istilah arabnya adalah wihdatul wujud. Paham ini sangat popular di kalangan para sufi. Di dalam al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad Saw tidak dijumpai adanya dalil tentang kesatuan hamba-Tuhan ini secara jelas. Namun ada beberapa di antara ayat al-Qur’an dan Hadis yang dapat ditafsirkan ke arah manunggaling kawula gusti. Perbedaan pendapat tentang benar tidaknya penafsiran tersebut selalu menggema, bahkan sampai sekarang. Ada sebagian orang yang menuduh bahwa ajaran ini diadopsi dari agama lain. Dalam agama Hindu jelas diakui ajaran kesatuan hamba dengan Tuhan ini. Agama lain seperti Budha, Khong Hu Cu, dan nasrani juga memuat ajaran yang senada dengan ajaran agama Hindhu. Ada lagi gambaran yang lebih detail untuk menjelaskan isi ajaran manunggaling kawula gusti ini. Dalam khazanah tasawuf dikenal istilah Martabat Tujuh, yakni gambaran tentang hakikat manusia dan Tuhan. Menurut ajaran Martabat Tujuh, antara manusia dan tuhan hakikatnya adalah sama. Manusia dan alam semesta hakikatnya adalah wujud dari penampakan Tuhan. Sebagian para sufi meyakini bahwa pada hakikatnya antara Tuhan dan manusia adalah satu. Inilah penjelasan ringkas tentang konsep ajaranwihdatul wujud atau manunggaling kawula gusti yang merusak dalam beberapa syair lagu Ahmad Dhani. Para tokoh sufi muncul silih berganti pada zamannya. Mereka memiliki khas atau spesialisasi dalam menjalani kehidupan ruhani. Sebagian dari mereka menjadi inspirator Ahamad Dhani dalam bertasawuf, diantaranya: Rabi’ah al-Adawiyah, Husain Manshur al-Hallaj, Abu Hamid al-Ghazali, Abdul Qadir al-Jilani, Ibn ‘Arabi, Jalaluddin Rumi, dan Syekh Siti Jenar.
Satu tema sentral yang menjadi latar penciptaan lagu-lagu Dhani adalah tentang cinta. Dalam khazanah tasawuf, “cinta” menjadi dasar dalam ibadah. Pengabdian kepada Tuhan dengan dilandasi cinta akan memiliki bobot yang tiada tara di mata-Nya. Dua landasan, yakni ma’rifat(mengenal) dan mahabbah(cinta) merupakan pilar bagi para sufi dalam mengarungi bahtera hidupnya sebagai hamba Allah. Ahmad Dhani seorang musisi yang menerapkan ajaran tasawuf tentu menyadari tentang hal ini. Beberapa lagunya terasa sarat dengan muatan makrifat dan cinta. Inilah yang menjadi alasan utamapemilihan judul pada buku ini, yakni Makrifat Cinta.
Dhani, sebagai pengibar bendera tasawuf, telah mengalami sendiri bagaimana rasanya dihujat dan diintimidasi oleh kelompok radikal. Mungkin, dia berharap agar semua umat bersatu, hidup berdampingan dalam suasana kasih-sayang. Cinta baginya adalah sebuah hakika, sebuah kesejatian. Segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah penampakan dari Wajah Tuhan, yang mengandung kebenaran hakiki di dalamnya. Jika manusia memandangnya dengan rasa cinta, maka maka ia akan meraih sebuah hakikat cinta. Inilah sekelumit uraian tentang makna syair Dhani Ahmad. Ternyata isi syair-syair lagunya banayk yang sejalan dengan ajaran manunggaling kawula gusti dari Syekh Siti Jenar. Tak berlebihan kalau dikatakan bahwa Dhani mengusung ajaran Syekh Siti Jenar.








 Kelebihan Buku Makrifat cinta Ahmad Dhani :
1. Penulis memberikan bukti dalam setiap lirik lagu Dhani dengan ajaran Syekh Siti Jenar.
2. Dapat di baca untuk semua kalangan umum.
3. Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
4. Penulis tidak berlebihan dalam memberikan informasi, artinya pembaca tidak disuapi informasi terlalu banyak.

 Kekurangan Buku Makrifat cinta Ahmad Dhani :
1. Penulis tidak memberikan motivasi kepada pembaca hanya sekedar informasi saja.
2. Ilustrasi yang digunakan penulis kurang menarik.
3. Buku terlihat kurang menarik minat pembaca untuk membaca.
4. Narasi yang digunakan Penulis lebih berpihak pada Ahmad Dhani.
KETERAMPILAN MENULIS
PENGEMBANGAN PARAGRAF







Di susun oleh: Kelompok 6 :

Faizatur Rohmah (115110701111001)


Dosen Pembimbing
Didin Widyartono, S.S., S.Pd, M.Pd
Universitas Brawijaya
Fakultas Ilmu Budaya
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
November 2011


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala rahmat dan hidayah Allah SWT, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini membahas tentang Pengembangan Paragraf dalam Mata Kuliah Keterampilan Menulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing sekaligus dosen kami Mata Kuliah Keterampilan Menulis bapak Didin Widyartono, S.S., S.Pd, M.Pd Kemudian, kepada seluruh teman-teman seperjuangan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas A Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, baik dalam penulisan maupun isi, untuk itu kami mohon maaf. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.



Malang, 12 November 2011



Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Paragraf atau alinea berlaku pada bahasa tulis, sedangkan pada bahasa lisan digunakan istilah paraton (Brown dan Yule, 1996). Paragraf merupakan suatu kesatuan bentuk pemakaian bahasa yang mengungkapkan pikiran atau topik dan berada di bawah tataran wacana. Paragraf memiliki potensi terdiri atas beberapa kalimat. Paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat tidak mengalami pengembangan. Setiap paragraf berisi kesatuan topik, kesatuan pikiran atau ide. Dengan demikian, setiap paragraf memiliki potensi adanya satu kalimat topik atau kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas. Oleh Ramlan, (1993) pikiran utama atau ide pokok merupakan pengendali suatu paragraf.
Pengidentifikasian secara formal suatu paragraf begitu mudah, karena secara visual paragraf biasanya ditandai adanya indensasi. Yang menjadi persoalan, apakah bentuk yang secara visual dikenali sebagai paragraf tersebut secara otomatis berisi satu satuan pokok pikiran? Idealnya tentulah ya, bila paragraf telah dikembangkan secara baik. Namun, kenyataannya belum tentu demikian karena belum tentu paragraf dikembangkan secara benar. Disinilah pentingnya pengembangan paragraf. Pada kesempatan ini akan disajikan secara berturut pembentukan paragraf, kerangka paragraf, pengembangan paragraf berdasarkan teknik, dan pengembangan paragraf berdasarkan isi secara serba singkat.
Makalah ini akan membahasas tentang Pengembangan Paragraf, Pembahasan mengenai Pengembangan Paragraf meliputi Memahami Konsep Paragraf, Memilih Jenis Paragraf sesuai Tujuan Penulisan, dan Pengembangan Paragraf.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Konsep Paragraf?
2. Bagaimana cara Memilih Jenis Paragraf sesuai Tujuan Penulisan?
3. Bagaimana cara Mengembangkan Paragraf?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep Paragraf.
2. Untuk mengetahui cara Memilih Jenis Paragraf sesuai Tujuan Penulisan.
3. Untuk mengetahui cara Mengembangkan Paragraf.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Memahami Konsep Paragraf
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, paragraf adalah bagian dari bab sebuah karangan yang mengandung ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru. Kridalaksana dalam kamus linguistik menyebutkan bahwa paragraf merupakan satuan wacana yang mengungkap sebuah tema dan perkembangannya, berkaitan keseluruhan isinya, dapat terdiri atas satu atau sekelompok kalimat. Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah sebuah wacana berwujud ide pokok dan penjelasannya yang saling berkaitan keseluruhan isinya. Penulisan paragraf dapat dilakukan dengan dua cara berikut ini :
1. Kalimat pertama ditulis sedikit menjorok ke dalam dan jarak antar spasi tiap paragraf sama.
2. kalimat pertama ditulis rata dengan kalimat paragraf sebelumnya (tidak menjorok) ke dalam dan jarak antar spasi tiap paragraf berbeda.
Paragraf yang baik memiliki pokok pikiran yang dijelaskan dengan beberapa pikiran penjelas. Ide pokok diwujudkan dalam kalimat utama, sedangkan pikiran penjelas diwujudkan dalam beberapa kalimat penjelas. Namun untuk paragraf narasi pokok pikiran tersebar di seluruh bagian kalimat yang memberikan uraian jalannya cerita. Hubungan keterikatan dalam paragraf mutlak diperlukan sebagai syarat paragraf yang baik. Hal ini penting untuk mempermudah pemahaman pembaca. Hubungan keterikatan ini disebut koherensi dan kohesi.
Koherensi, sebagaimana yang dinyatakan Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah hubungan logis antarkalimat sebuah paragraf disebut koherensi. Hubungan logis ini dibangun untuk menciptakan kesatuan makna. Kalimat-kalimat yang dirangkai dan dipisahkan dengan tanda titik (.) memiliki hubungan yang dapat diterima dengan akal. Hubungan ini erat kaitannya dengan makna sebagai bentuk kalimat penjelas dari kalimat utama. Semakin erat dan logis hubungan kalimat akan semakin mempermudah pemahaman pembaca atas rangkaian makna yang tersaji.
Kohesi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah keterikatan antarunsur dalam struktur sintaksis atau struktur wacana dengan penanda konjugasi, pengulangan, penyulihan, dan pelesapan. Selain memiliki hubungan logis antarkalimat, paragraf memiliki keterikatan unsur-unsur pembangun sebagai penanda. Unsur-unsur ini memiliki keterikatan erat karena merujuk pada acuan kalimat sebelumnya. Jika koherensi mengacu pada rujukan makna, acuan kohesi adalah unsur-unsur penanda struktur kalimat. Misalkan Dia tetap berangkat sekolah meskipun hujan.
Paragraf yang baik tidak hanya membahas tentang pokok pikiran, pokok penjelas, koherensi, dan kohesi, namun juga membahas tentang kesatuan ide. Kesatuan ide ini dapat diterjemahkan sebagai adanya satu ide pokok dalam sebuah paragraf. Kehadiran hanya satu ide pokok mempermudah pemahaman pembaca. Oleh karena itu, dalam karangan ilmiah sebaiknya menggunakan pengembangan deduktif (letak ide pokok di awal paragraf) atau pengembangan induktif (letak ide pokok di akhir paragraf).
Penggunaan ejaan juga menjadi faktor pendukung dalam menulis paragraf yang baik. Tentu ejaan yang dipakai adalah ejaan yang berlaku, yaitu EYD yang sudah diresmikan sejak tahun 1972. Pemakaian tanda baca, penulisan huruf, dan penulisan kata yang tepat sangat membantu pembaca untuk lebih memahami gagasan penulis.
Uraian di atas setidaknya dapat memberikan gambaran paragraf yang baik. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk mengembangkan paragraf dalam karangan ilmiah. Jadi, dapat simpulkan bahwa syarat paragraf yang baik adalah a) mempunyai satu pokok pikiran, b) mempunyai pikiran penjelas, c) mempunyai hubungan koherensi dan kohesi, d) mengandung kesatuan ide, dan e) penggunaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
2.2 Memilih Jenis Paragraf sesuai Tujuan Penulisan
Penggunaan jenis paragraf sangat bergantung pada tujuan penulisan. Tiap-tiap jenis paragraf memiliki karakter tertentu. Karakater-karakter ini harus digunakan sesuai dengan tujuan penulisan.
1. Paragraf Deskripsi
Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran secara jelas dan terperinci. Rangkaian kata digunakan untuk memberikan paparan/gambaran secara mendalam. Pembaca benar-benar memperoleh sebuah gambaran seolah-olah nyata. Pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan sendiri.
Melalui karakter deskripsi di atas, paragraf deskripsi sangat cocok digunakan penulis yang bertujuan untuk memberi gambaran/paparan dengan jelas seolah-olah pembaca melihatnya sendiri. Penulis memberikan gambaran apa adanya secara runtut agar pembaca dapat dengan mudah memahami bagian-bagian paparan yang gamblang. Bagian-bagian paparan ini akan membentuk kesatuan gambaran yang utuh.
Contoh paragraf deskripsi:
Rumah megah itu kelihatan sangat angker. Apalagi jika dilihat dari dalam, sungguh memberikan kesan rumah ini tidak terawat dengan baik. Cat dindingnya kusam, terkelupas, dan di sekelilingnya ditumbuhi rumput.
2. Paragraf Eksposisi
Sesuai nama paragraf ini, eksposisi berarti uraian/paparan yang bertujuan menjelaskan maksud dan tujuan penulis. Penulis jika ingin menggunakan paragraf ini harus mengetahui maksud dan tujuan apa yang ingin disampaikan kepada pembaca. Tak jarang pula paragraf ini digunakan untuk menjelaskan tahapan langkah/cara/proses kerja.
Berdasarkan karakter eksposisi di atas, paragraf ini sangat tepat digunakan oleh penulis yang ingin menyampaikan informasi khusus secara mendalam. Selain itu, paragraf ini juga dapat digunakan penulis yang ingin menyampaikan cara/proses kerja sesuatu. Jadi, paragraf ini cocok digunakan untuk menyampaikan informasi khusus secara terperinci dan informasi cara/proses kerja sesuatu.
Contoh paragraf eksposisi berupa informasi khusus:
Kegiatan membaca intensif merupakan upaya membaca secara teliti atau membaca secara seksama terhadap teks bacaan. Tujuan membaca intensif, yaitu untuk mendapatkan pemahaman isi bacaan secara tepat dan rinci.
Contoh paragraf eksposisi berupa tahapan/cara/proses kerja sesuatu:
Cara bertanam secara hidroponik di dalam pot sebagai berikut.
(1) Isi pot dengan kerikil hingga memenuhi seperempat pot.
(2) Letakkan bibit tanaman yang akarnya telah dicuci bersih.
(3) Timbun dengan kerikil hingga tanaman tegak.
(4) Isi air sampai seperempat pot.
(5) Setelah tiga minggu, buanglah air dan diganti dengan larutan pupuk.



3. Paragraf Argumentasi
Argumentasi merupakan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Pendapat, pendirian, atau gagasan masih dapat dibantah dengan kekuatan masing-masing argumen. Paragraf argumentasi digunakan untuk memberikan pernyataan disertai paparan alasan-alasan yang kuat untuk memperkokoh pernyataan. Paragraf ini sangat cocok digunakan oleh penulis yang ingin menyampaikan pernyataan disertai penjelasan-penjelasan untuk mendukung pernyataan tersebut. Penjelasan-penjalasan ini berupa alasan-alasan yang dikemukakan oleh penulis.
Berikut ini contoh paragraf argumentasi.
Air yang tergenang di kaleng-kaleng bekas, selokan, dan bak mandi harus dibersihkan secara rutin. Air yang tergenang itu tidak boleh dibiarkan begitu saja. Hal ini disebabkan akan menjadi sarang nyamuk. Nyamuk akan bertelur dan berkembangbiak di genangan air yang tidak dibersihkan.
4. Paragraf Persuasi
Definisi persuasi adalah ajakan kepada seseorang dengan memberikan alasan dan prospek baik yang disampaikan dengan meyakinkan. Karakter ajakan kepada seseorang diwujudkan melalui rangkaian kalimat yang membujuk. Kalimat-kalimat ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa pendapat yang disampaikan benar adanya.
Paragraf persuasi merupakan karangan yang bertujuan membuktikan pendapat melalui upaya memengaruhi seseorang untuk tetap teguh pada pendirian atau malahan mengajak untuk menjadi berubah. Tetap atau berubahnya pendirian seseorang sangat bergantung pada harapan penulis. Penulis dapat membujuknya melalui rangkaian kalimat bujukan halus secara meyakinkan.
Berikut ini contoh paragraf argumentasi.
Penggunaan pestisida untuk tanaman dalam jangka waktu yang lama malah tidak bermanfaat. Pestisida dan pupuk kimia pada awalnya diharapkan mampu menjadi menyuburkan tanaman dan memberantas hama malah justru mencemari lingkungan dan membuat tanah menjadi lebih keras. Oleh karena itu, hindarilah penggunaan pestisida secara berlebihan.

5. Paragraf Narasi
Narasi merupakan pengisahan atau kejadian (KBBI). Rangkaian peristiwa terjalin menjadi sebuah alur cerita. Alur cerita ini umumnya melibatkan tokoh, tempat, dan waktu. Karakter untuk menceritakan sesuatu kejadian sangat dominan dalam narasi.
Paragraf narasi sangat cocok digunakan penulis yang bertujuan untuk mengisahkan sebuah peristiwa atau kejadian. Tokoh-tokoh yang ada melewati tempat dan melintasi waktu. Paragraf ini merangkaikan peristiwa yang susul-menyusul hingga membentuk cerita yang disampaikan tokoh-tokohnya.
Berikut ini contoh paragraf argumentasi.
Alka terkejut mendengar suara Jay di bawah sungai. Dengan segera ia mengulurkan tangan untuk mengangkat tubuh yang tengah memegang erat akar-akar pohon. Rupanya Jay terpeleset saat melintasi anak sungai itu.
2.3 Pengembangan Paragraf
Pengembangan paragraf merupakan penyusunan kalimat melalui penataan dan penalaran. Pendapat ditata sesuai dengan nalar pembaca. Hal ini bertujuan agar paragraf yang dikembangan penulis dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.
Penalaran merupakan suatu cara berpikir secara tepat, runtut, dan logis. Penalaran ini bertujuan untuk mengarahkan pemahaman pembaca pada makna yang diharapkan penulis. Pengetahuan ini sangat penting diperlukan guna membantu dalam penataan gagasan yang dikemukakan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pembaca menerima informasi yang dipaparkan melalui pengaturan pikiran yang sangat logis. Berikut ini jenis-jenis penalaran untuk mengembangkan paragraf.
1. Penalaran Induksi
Penalaran induksi adalah penalaran yang dimulai dari peristiwa-peristiwa yang khusus, kemudian ke peristiwa yang sifatnya umum. Penalaran induksi dibagi menjadi tiga berikut ini.
a. Penalaran Generalisasi
Penalaran ini berdasarkan data yang sesuai dengan fakta. Data yang berupa fakta-fakta diperoleh melalui penilaian, pengamatan, atau hasil survei. Data yang diperoleh harus representatif, artinya data dianggap dapat mewakili fakta yang sebenarnya. Jenis penalaran ini dimulai dengan mengemukakan peristiwa-peristiwa yang khusus, kemudian menuju peristiwa-peristiwa yang umum.
Perhatikan contoh berikut ini!
Selama hampir tiga bulan kami mengumpulkan data berdasarkan pengamatan kepada siswa SMA Negeri 21 Kota Maju. Saat upacara, semua siswa memakai sepatu putih dan kaos kaki putih. Pakaian mereka putih-putih dan kemeja dimasukkan ke dalam celana dan ke dalam rok. Mereka memakai ikat pinggang warna hitam. Pakaian mereka dilengkapi dengan dasi warna merah. Jadi, dapat dikatakan bahwa siswa SMA Negeri 21 Kota Maju menggunakan pakaian seragam dan tertib sewaktu mengikuti upacara.
b. Penalaran Analogi
Penalaran ini berupaya untuk membandingkan dua hal yang berbeda, sekaligus memiliki persamaan. Berdasarkan kesamaan tersebut dapat ditariklah kesimpulan. Penalaran ini berpijak pada dua peristiwa khusus yang sama, kemudian diambil kesimpulan apakah berlaku juga pada hal lainnya. Perhatikan contoh berikut ini!
Menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung. Ada saja rintangan sewaktu mendaki seperti hujan yang mengakibatkan jalan licin. Begitu pula bila menuntut ilmu, seseorang juga mengalami rintangan seperti ekonomi, malas, dan sebagainya. Jadi, menuntut ilmu sama dengan mendaki gunung untuk mencapai puncaknya.
c. Penalaran Sebab-Akibat
Penalaran ini diawali dengan mengemukakan fakta. Fakta ini berupa sebab, disusul kesimpulan yang berupa akibat. Penalaran jenis ini berupa (a) dimulai dengan mengemukakan peristiwa dan diakhiri dengan kesimpulan, atau (b) dimulai dengan kesimpulan dan dilanjutkan dengan rangkaian peristiwa penyebabnya.
Penalaran sebab akibat dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
1) hubungan sebab-akibat, diawali rangkaian peristiwa yang menjadi sebab dan diakhiri dengan kesimpulan yang menjadi akibat. Perhatikan contoh berikut ini!
Hujan berhari-hari mengguyur desa kami. Air sungai berangsur-angsur naik ke permukaan. Jalan dan halaman rumah penduduk mulai digenangi air. Akhirnya, banjir pun melanda desa kami.
2) hubungan akibat-sebab, diawali dengan peristiwa yang menjadi akibat, lalu dikemukakan peristiwa¬peristiwa yang menjadi penyebabnya. Perhatikan contoh berikut ini!
Banjir melanda kota Surabaya. Banjir di kota ini selalu datang ketika musim hujan tiba. Dalam waktu singkat beberapa wilayah kota tergenang air. Banjir ini juga tidak hanya menenggelamkan daerah di dekat hulu sungai, tetapi juga menenggelamkan kawasan perumahan elite yang berada di dataran rendah. Banjir ini berasal dari hulu sungai yang tidak mampu menampung air hujan dan juga disebabkankan tumpukan sampah yang menghambat arus air sungai.
3) hubungan sebab-akibat 1-akibat 2, diawali dengan sebab yang dapat menimbulkan lebih dari satu akibat. Perhatikan contoh berikut ini!
Setiap menjelang ujian skripsi mahasiswa terlihat lebih serius dalam belajar. Beberapa hari sebelum ujian dilaksanakan sebagian besar mahasiswa lebih banyak mempelajari skripsi dariapda meNonton televisi. Mereka lebih memilih tinggal di kos dan jarang melakukan aktivitas di luar. Secara psikologis, mereka memiliki keinginan untuk mendapatkan nilai A.
2. Penalaran Deduksi
Penalaran deduksi diawali dengan peristiwa-peristiwa umum, lalu mengarah pada kesimpulan khusus. Penalaran umum diikuti uraian-uraian penalaran khusus. Perhatikan contoh berikut ini!
(1) Binatang menyusui dapat berkembang biak dengan cara melahirkan anak. Ikan paus merupakan binatang yang menyusui anaknya. Dapat disimpulkan bahwa ikan paus juga berkembang biak dengan cara menyusui anak.
(2) Setiap mahasiswa yang ingin kuliah harus membayar biaya pendaftaran. Ahmad ingin kuliah. Maka Ahmad harus membayar biaya pendaftaran.






BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Paragraf adalah bagian dari bab sebuah karangan yang mengandung ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru. Hubungan keterikatan dalam paragraf mutlak diperlukan sebagai syarat paragraf yang baik di sebut Koherensi dan Kohesi. Penggunaan jenis paragraf sangat bergantung pada tujuan penulisan. Jenis-jenis Paragraf yaitu Paragraf Deskripsi, Paragraf Eksposisi, Paragraf Argumentasi, Paragraf Persuasi, Paragraf Narasi.
Pengembangan paragraf merupakan penyusunan kalimat melalui penataan dan penalaran. Jenis-jenis penalaran untuk mengembangkan paragraf yaitu Penalaran Induksi dan Penalaran Deduksi. Penalaran Induksi terdiri dari Penalaran Generalisasi, Penalaran Analogi, Penalaran Sebab-Akibat.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini kami berharap pembaca mampu untuk memahami Konsep Paragraf, Memilih Jenis Paragraf sesuai Tujuan Penulisan, dan Pengembangan Paragraf.

Berita

Parkir di mana?
Area parkir yang kurang membuat para pengguna jalan di Universitas Brawijaya terganggu. Banyaknya mahasiswa yang memotong jalan untuk parkir kendaraan mereka, menjadi masalah utama karena mengakibatkan jalan terlalu sempit. Hal ini dapat diamati di setiap fakultas di UB, hampir semua fakultas kekurangan tempat parkir. Tidak hanya itu, kita juga dapat melihat tempat parkir untuk para pimpinan di UB, adakah tempat parkir khusus untuk mereka? Lalu siapakah yang salah dalam masalah ini, mahasiswa atau petugas parkir?
Menurut bapak Yohanes salah seorang petugas parkir di UB, banyaknya mahasiswa yang parkir di tepi jalan karena tempat parkir yang disediakan sudah penuh. Beliau juga berpendapat seharusnya di setiap gedung itu ada tempat parkir yang terletak di gedung yang paling bawah, dengan begitu para pengguna jalan tidak terganggu. Selain itu para petugas parkir juga sering kebingungan dalam menata kendaraan yang bisa dikatakan sangat banyak, dan masalah kurangnya tempat parkir ini memuncak saat penerimaan mahasiswa baru tahun 2011. “Mahasiswa baru yang banyak di terima di UB membuat tempat parkir sangat kurang”, kata bapak Yohanes. Sehingga untuk kedepannya para petugas parkir term,asuk bapak Yphanes berharap agar pembangunan tempat parkir segera dilaksanakan. Dengan begitu para pengendara tidak terganggu.

Cerita Lucu

Orang Jawa, Menado, dan Papua
Alkisah di sebuah bandara ada tiga perempuan yang berasal dari daerah yang berbeda, yaitu Jawa, Menado, dan Papua. Mereka naik pesawat terbang dari Jayapura ke Jakarta. Di dalam pesawat ketiga perempuan ini duduk bersebelahan.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba pesawat oleng dan sepertinya akan jatuh. Seluruh penumpang di dalam pesawat panik dan takut, anehnya perasaan seperti itu tidak dirasakan oleh perempuan Jawa, Menado, dan Papua. Dalam keadaan seperti itu perempuan yang berasal dari jawa mengambil bedak dan lipstik di dalam tasnya, dia lalu berdandan dan terlihat sangat cantik sekali. Kedua temanya yang berasal dari Menado dan papua bingung dan salah satu dari keduanya bertanya, “Kenapa kamu dandan dalam keadaan seperti ini?”
“Biasa, kalau pesawat mau jatuh yang di tolong pertama pasti orang cantik”. Jawab perempuan Jawa. Mendengar perkataan itu perempuan Menado tidak terima, dia lalu mengangkat roknya setinggi paha. Melihat perempuan Menado, perempuan Papua pun langsung bertanya, “ Kenapa kamu angkat rok sampai tinggi begitu?”
Perempuan Menado menjawab, “Biasa, kalau pesawat mau jatuh yang di tolong pertama kebanyakan yang pahanya putih”. Orang Papua sangat emodi sekali mendengar perkataan kedua teman sebelanya. Seketika itu dia langsung membuka baju dan telanjang, semua tampak hitam. Kedua temannya sangat kaget dan berkata, “Kamu sudah gila? Kenapa kamu telanjang di pesawat?” Dengan santainya dia menjawab, “Biasanya kalu pesawat jatuh yang paling pertama di cari pasti kotak hitam”.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Faizatur Rohmah - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger