Parkir di Mana?


IMG_7956.JPG Area parkir yang kurang membuat para pengguna jalan di Universitas Brawijaya terganggu. Banyaknya mahasiswa yang memotong jalan untuk parkir kendaraan mereka, menjadi masalah utama karena mengakibatkan jalan terlalu sempit. Hal ini dapat diamati di setiap fakultas di UB, hampir semua fakultas kekurangan tempat parkir. Tidak hanya itu, kita juga dapat melihat tempat parkir untuk para pimpinan di UB, adakah tempat parkir khusus untuk mereka? Lalu siapakah yang salah dalam masalah ini, mahasiswa atau petugas parkir?
Menurut bapak Yohanes salah seorang petugas parkir di UB, banyaknya mahasiswa yang parkir di tepi jalan karena tempat parkir yang disediakan sudah penuh. Beliau juga berpendapat seharusnya di setiap gedung itu ada tempat parkir yang terletak di gedung yang paling bawah, dengan begitu para pengguna jalan tidak terganggu. Selain itu para petugas parkir juga sering kebingungan dalam menata kendaraan yang bisa dikatakan sangat banyak, dan masalah kurangnya tempat parkir ini memuncak saat penerimaan mahasiswa baru tahun 2011. “Mahasiswa baru yang banyak di terima di UB membuat tempat parkir sangat kurang”, kata bapak Yohanes. Sehingga untuk kedepannya para petugas parkir term,asuk bapak Yphanes berharap agar pembangunan tempat parkir segera dilaksanakan. Dengan begitu para pengendara tidak terganggu.

Percaya diri itu penting



Masa-masa sekolah yaitu proses mencari ilmu yang mendapat bimbingan dari guru sepenuhnya. Setiap peserta didik tentunya mempunyai pengalaman pada masa itu. Di sini saya akan menceritakan salah satu pengalaman saya ketika pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
Menjadi siswa yang baru duduk di kelas satu SD memang sangat bergantung pada guru. Ketika saya kelas satu SD saya mengalami trauma yang mendalam atau bisa dikatakan pengalaman yang tak pernah saya lupakan. Pengalaman  itu masih teringat betul sampai sekarang. Saat itu saya termasuk orang yang penakut. Setiap ibu guru mengajar di kelas, saya selalu memperhatikan dengan baik tapi tak tahu rasa takut itu tiba-tiba muncul ketika pelajaran berlangsung. Saat itu pelajaran Bahasa Indonesia, Bu guru menulis beberapa kalimat di papan, para siswa di suruh menulis dan mempelajarinya. Setelah itu, bu guru menunjuk salah satu siswa untuk maju membaca di depan kelas.
Siswa pertama yang di tunjuk oleh bu guru adalah teman ku yang bernama yoga. Dia adalah siswa yang paling pintar di kelas, setelah yoga bu guru menunjuk saya. Saya terperanjat dan terdiam ketakutan, bu guru memanggil saya berkali-kali tapi saya masih belum berani untuk maju. Akhirnya saya terus duduk dibangku hingga suasana kelas menjadi gaduh.
Teman-teman sekelas saya mengolok-olok ke arah saya, hingga tetesan-tetesan di pipi tak tertahankan. Tak tahu apa yang harus saya lakukan, saya terus menangis ketika itu. Bu guru tidak mengambil tindakan apa-apa, beliau terus menyuruh saya maju, kesan yang saya peroleh ketika itu seperti pemaksaan. Tapi akhirnya saya tidak maju sampai jam pelajaran selesai.
Keesokan harinya saya tidak masuk sekolah. Dua hari saya tidak masuk sekolah dan di hari ketiga bu guru dan teman-teman mendatangi rumah saya mengajak saya untuk masuk sekolah kembali.
 Hikmah yang saya peroleh dari pengalaman di atas yaitu melatih untuk menjadi percaya diri itu penting, karena ketakutan yang berlebihan akan membuat kita rugi.

Studi Kasus


Rizal adalah siswa kelas 6 SD. Dia anak ketiga dari empat bersaudara. Sejak kecil rizal termasuk anak yang nakal yang selalu ingin menang sendiri. Apapun yang rizal inginkan selalu dipenuhi orang tuanya karena rizal selalu memaksa setiap sesuatu yang menjadi kehendaknya.
Di sekolah rizal termasuk anak yang bandel. Bu guru sering mengeluh dengan perilakunya. Setiap hari selalu ada masalah yang di buat, seperti halnya bertengkar, memcahkan vas bunga, mengerjain teman dan lain sebagainya. Ketika mengikuti pelajaran rizal juga tidak begitu antusias, bahkan setiap mata pelajaran nilainya selalu di bawah rata-rata dan itu menjadi catatan khusus bagi wali kelasnya.
Setiap ada Pekerjaan Rumah (PR) rizal tidak pernah mengerjakan, ketika diingatkan orang tua, dia sering membantah. Hal itu membuat rizal sering mendapat hukuman dari guru-guru, khususnya wali kelasnya. Semester satu setiap guru telah berusaha agar disemester dua rizal bisa mengikuti Ujian Nasional dan lulus dengan nilai yang memuaskan.
Melihat minat belajar rizal yang kurang, wali kelas membuat surat panggilan orang tua untuk diserahkan pada orang tua rizal. Bu guru meminta agar kedua orang tuanya mengawasi rizal lebih ketat karena semester 2 sudah dekat. Akhirnya bu guru menyuruh orang tua rizal untuk memasukkan rizal ke Lembaga Bimbingan Belajar Privat yang dilaksanakan setelah selesai sekolah agar pelajaran yang dipelajari dapat lebih dipahami. Di samping itu wali kelas rizal juga menyuruh kedua orang tuanya untuk memberi hukuman yang bersifat mendidik disetiap perilaku atau tingkah lakunya yang kurang baik.
Dengan berjalannya waktu, hubungan erat antara wali kelas dan orang tua rizal dalam mengawasi dirinya, menghasilkan perubahan yang bagus. Beberapa bulan kemudian rizal berubah menjadi siswa yang rajin dan menurut dengan orang tuanya. Hal itu juga dipengaruhi faktor religi yaitu dengan adanya guru privat ngaji yang memberikan nasehat-nasehat pada rizal tentang bagaimana dia harus bersikap dan perkara yang salah.

Penyelesaian:
Dari studi kasus di penyelsaian yang dapat diterapkan dengan menggunakan teori belajar Behavioristik menurut Edwin Guthrie, yaitu menggunakan hukuman sebagai peringatan atau rasa tanggung jawab terhadap apa yang diperbuat dan agar rizal tidak mengulangi kesalahannya lagi. Hal itu diterapkan wali kelas dan orang tua rizal secara berulang ulang agar menimbulkan efek jera. Dari situ rizal mulai terbiasa melakukan perbuatan yang positif dan lambat laun menghidari tingkah laku yang negatif. Faktor yang sangat menetukan dalam perkembangan anak menjadi baik yaitu pengawasan kedua orang tua dan guru. Oleh sebab itu, sebaikanya antara guru dan orang tua saling bekerja sama dalam membentuk karakter anak.
Menurut Edwin Guthrie, dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respons bersifat lebih tetap. Di samping itu respons yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respons tersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang.
Studi kasus di atas dapat merubah sikap rizal menjadi baik, sekarang rizal telah masuk SMP favorit di daerahnya dan nilai mata pelajaran yang diperolehnya dapat dikatakan cukup atau di atas rata-rata.
By: Faizatur Rohmah

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Faizatur Rohmah - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger