Cerpen "Kebohongan yang Terakhir" Karya Rahini Ridwan

By: Faizatur Rohmah
CERPEN “KEBOHONGAN YANG TERAKHIR”
KARYA RAHINI RIDWAN
(Pendekatan Sosiologis)
Perkembangan kritik sastra Indonesia dalam dekade tahun 1980-an ditandai dengan munculnya beberapa pembicaraan mengenai sosiologi sastra atau pendekatan sosiologis terhadap karya sastra. Dalam hal ini, kritik sastra sesungguhnya mencoba memanfaatkan disiplin ilmu lain(sosiologi) untuk memberi penjelasan lebih mendalam mengenai salah satu gambaran kemasyarakatan yang terdapat dalam karya sastra. Oleh karena itu, pembicaraan mengenai hubungan kritik sastra dengan sosiologi muncul karena ada anggapan bahwa karya sastra merupakan cermin masyarakat. Masalah mengenai hubungan sosiologi (masyarakat) dengan sastra telah cukup jelas dipaparkan Rene Wellek dan Austin Warren (TosKesusastraan, 1989) Sapardi Djoko Damono (Sosiologi Sastra: SebuahPengantar, 1984) atau Andre Hardjana (Kritik Sastra: Sebuah Pengantar, 1981).
Pemahaman atas karya sastra hanya mungkin dapat dilakukan secara lebih lengkap apabila karya itu tidak dipisahkan dari lingkungan, Kebudayaan atau peradaban yang menghasilkanya. Dikatakannya juga bahwa karya sastra adalah hasil pengaruh yang rumit dan faktor-faktor sosial dan kultural. Pernyataan itu mengisyaratkan perlunya menghubungkan faktor sosial-budaya dalam usaha memahami karya selengkapnya. Dan hubungan ini akan tampak bahwa dalam beberapa ungkapan sastra sebagai cermin masyarakat mempunyai nilai kebenaran. Apalagi jika ternyata kita tidak memperoleh bahan tulisan tentang karya itu (Grebstein, 1968).
Menurut Rifattre (1978), suatu karya sastra tidak diciptakan dari ruang yang kosong dan hama. Sastra tidak berasan dan ketiadaan kemudian diciptakan oleh pengarang.
Cerpen ”Kebohongan yang Terakhir” karya Rahini Ridwan merupakan cerpen pilihan kompas 1970-1980, yang termuat dalam buku Dua Kelamin bagi Midin. Ridwan sebagai pengarang mengangkat suatu cerita berdasarkan fenomena sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Cerpen ini menceritakan tentang seseorang yang mempunyai kebiasaan berbohong. Seringkali tokoh Aku dalam cerpen ini berbohong sehingga masyarakat di lingkungan tempatnya tinggal mencibirnya sebagai pembohong. Dia tidak pernah merasa malu dengan kebohongan yang dibuat, menurut dia kebohongan adalah prestasi karena dengan begitu punya predikat, status dan kontak sosial sebagai pembohong. Suatu malam yang menjadi puncak kebohongan yang dilakukan tokoh Aku, yaitu saat dia mendatangi setiap rumah orang sekampung dan berkata pada mereka bahwa pak lurah Nurdin selaku lurah dikampungnya telah meninggal. Mendengar pemberitahuan yang seperti itu seluruh warga percaya. Setelah mengetahui kebohongan yang dilakukan tokoh aku, seluruh warga menghakiminya di pendopo dan selesai kejadian itu, ibu tokoh Aku meninggal.
Membaca cerpen ”Kebohongan yang Terakhir” menggambarkan sebuah konflik yang terjadi dalam masyarakat. Adanya konflik tersebut berhubungan dengan kehidupan tokoh utama yang kurang perhatian dari ibunya, itu disebabkan karena ayahnya sudah meninggal dan ibunya yang sering sakit-sakitan. Kurangnya perhatian yang diterima tokoh utama dalam cerpen, membuatnya melakukan kebiasaan yang tak terpuji tapi disenanginya yaitu berbohong. Hal tersebut menjadikan tokoh utama kurang dapat di terima di lingkungan masyarakat, karena adanya faktor tidak suka dari prilaku sang tokoh. Tapi walaupun demikian, pengarang menghadirkan prilaku positif dari tokoh utama yaitu dia tidak pernah membohongi ibunya.
Dari masalah yang diangkat pengarang dalam cerpen, dapat dilihat bahwa fenomena sosial yang terjadi hanya berasal dari satu konflik yaitu masalah kebohongan. Di mana konflik tersebut sengaja di buat oleh tokoh utama yang mengakibatkan kampung menjadi ribut. Tidak pernah ada penyesalan dari perbuatan yang dilakukannya, tapi dia malah senang jika masalah yang dibuatnya berhasil. Dari situ dapat diketahui realita ”kehidupan” dan ”lingkungan” yang terjadi dalam masyarakat.
Ridwan sebagai pengarang cerpen “Kebohongan yang Terakhir” menghubungkan konflik dalam cerpen dengan masyrakat pada masa itu, sehingga masyarakat ikut terlibat didalamnya. Di samping itu, pengarang juga menceritakan kehidupan yang dialami tokoh utama secara detail. Namun, kehidupan tentang masyarakat tidak begitu diceritakan dalam cerpen ini, hanya terlihat secara implisit.
Lingkungan yang digambarkan pengarang dalam cerpen terlihat alami, seperti tempat tinggal yang masih menggunakan gubuk-gubuk sederhana. Dengan begitu pembaca dapat ikut merasakan suasana yang terjadi. Kebudayaan yang ada dalam masyarakat juga dimanfaatkan pengarang dalam cerpen ini. Hal ini tampak pada kalimat “Entah berapa ratus orang dengan muka tegang dan marah telah berjejal memenuhi pendopo”. Dari kalimat itu dapat diketahui bahwa ketika terjadi suatu masalah di kampung, seluruh warga pergi ke pendopo untuk menyelesaikannya bersama. Tradisi seperti itu mencerminkan realita sosial yang terjadi dalam cerpen “Kebohongan yang Terakhir”.
Setelah membaca cerpen ini pembaca dapat menarik pemahaman bahwa cerita ini bukanlah semata-mata kenyataan yang diceritakan, namun hanya rekaan dari pengarangnya. Di mana tujuan pengarang yaitu agar pembaca dapat mengambil manfaat dari peristiwa yang terjadi dalam cerpen. Di samping itu pengarang juga memberikan informasi, bahwa kebohongan yang dilakukan tokoh utama adalah kebohongan yang terakhir, yang mana kebohongan adalah perilaku yang biasa dilakukan tokoh utama sedangkan yang terakhir adalah untuk yang terakhir kalinya karena musibah besar telah menimpanya sehingga membuatnya sangat menyesal.
Melalui cerpen ini pula, pengarang menyampaikan suatu amanat bahwa dalam kehidupan ini setiap kebohongan pasti akan menimbulkan dampak buruk dan menjadikan orang lain tidak percaya. Oleh sebab itu, hendaknya menjauhi perilaku berbohong karena sekali saja orang dibohongi, kemungkinan besar orang tersebut tidak akan pernah percaya dengan orang yang membohonginya. Hal ini secara eksplisit disampaikan pengarang sebagaimana tampak pada tiga kutipan berikut.
Sekali waktu, suatu malam yang dingin. Disinilah puncak kebohonganku yang paling besar, yang akhirnya membuat semua orang tak lagi percaya padaku. Kudatangi setiap pintu rumah orang sekampung, kuketuk keras-keras dan tergesa-gesa. Kukatakan pada mereka: ”Pak Lurah Nurdin sudah meninggal!”
...............................................................................................................

Samar-samar dalam sinar teplok yang redup , kudapati ibuku terjatuh, telungkup di bawah dipan bambu. Dari mulutnya keluar darah hitam. Kuusap wajahnya. Dingin Ah, aku hampir menjerit. Ia telah meninggal.
...............................................................................................................

Dalam kegelapan. Batinku meronta. Tak tahu apa yang harus kubuat. Akankah kuketuk lagi setiap pintu rumah mereka dan kukatakan ibuku telah meninggal? Akankah mereka percaya bahwa kali ini-walau hanya untuk kali ini saja-aku berkata tentang hal yang sebenarnya? Akankah mereka bersedia membuka pintu untukku yang kembali menyampaikan berita tentang kematian?

Selain itu, dalam cerpen ”Kebohongan yang Terakhir”, pengarang juga menyampaikan suatu pesan tentang kematian yaitu maut tidak pernah berbohong. Dalam cerpen ini pengarang juga memberi pesan secara implisit bahwa berbohong juga ada batasnya, sehingga dapat disimpulkan berbohong tentang kematian orang lain akan sangat fatal dampaknya. Hal ini tergambar pada kutipan berikut.
”Ah, tidak mungkin secepat itu beliau meninggal,” kata yang lain. ”Masya Allah!” jawabku tegang. ”Kapankah maut pernah kompromi dengan manusia?” Akhirnya mereka semua percaya. Aku berhasil. Malam itu juga seluruh kampung menjadi sibuk, ramai, dan masing-masing bergegas menuju rumah duka, rumah Pak Lurah Nurdin. Aku tersenyum puas sambil menikmati rokok klintingan di tempat tidur.

Kutipan diatas memberikan gambaran bahwa kebohongan tentang kematian orang lain akan menimbulkan masalah besar dalam suatu masyarakat. Dalam cerpen ini orang yang menjadi sasaran kebohongan tokoh utama adalah Pak Lurah Nurdin selaku lurah di kampungnya. Dari penjelasan kutipan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap perbuatan yang dilakukan hendaklah dipikirkan terlebih dahulu dampak yang akan di timbulkan, sehingga tidak merugikan orang lain.





Daftar Rujukan:
Cerpen Kompas Pilihan 1970-1980. 2003. Dua Kelamin bagi Midin. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Grebstein. 1968. Pendekatan sastra, (Online), (http://zainuddinfanani.wordpress.com/2000/02/14/pendekatan-sastra/), diakses pada 2 Januari 2012.
Rifattre. 1978. Pengantar Aspresiasi Karya Sastra, (Online), (http://aminuddin.blogspot.com/1995/10/01/pengantar-aspresiasi-karya-sastra/), diakses pada 2 Januari 2012.


















Pertanyaan Pengantar Sastra:
1. Apa tema utama yang akan disampaikan pengarang dalam cerpen tersebut? Apakah tema yang disampaikan berkaitan dengan konteks masyarakat pada saat cerpen tersebut dilahirkan (hingga saat ini)? Jelaskan!
2. Berkaitan dengan tokoh dalam cerpen, setujukah anda dengan sikap/ tindakan/ perilaku yang dilakukan oleh tokoh utamanya? Jelaskan jawaban anda!?
3. Cerpen yang anda pilih adalah cerpen terbaik kompas pada tahun tertentu. Menurut pertimbangan Anda, mengapa cerpen tersebut dipilih oleh kompas sebagai cerpen yang terbaik?
4. Kutiplah salah satu alenia yang menurut anda menarik? Beri alasan!

Jawaban:
1. Tema utama yang pengarang sampaikan yaitu tentang fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Ya, karena konflik yang dihadirkan pengarang dalam cerpen menyangkut kehidupan masyarakat pada suatau kampung.
2. Tidak, karena tokoh utamanya mempunyai kebiasaan yang tidak terpuji yaitu berbohong. Perilaku tokoh utama tidak mencerminkan seseorang yang dapat dipercaya, sifatnya yang suka berbohong sangat merugikan orang lain, sehingga masyarakat dikampungnya sulit untuk menerimanya.
3. Menurut saya, karena cerpen tersebut menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami pembaca. Di samping itu cerita yang ada dalam cerpen berhubungan dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat.
4. “walau demikian kelakuanku di luar rumah, tapi didalam rumah sendiri aku tak pernah membohongi ibuku.”
Menurut saya kutipan diatas menarik karena perilaku tokoh utama yang selalu berbohong, tapi saat di rumah dia tidak pernah membohongi ibunya. Dari situ kita dapat mengetahui bahwa seburuk-buruknya perilaku seseorang pasti tidak akan tega menyakiti hati ibunya dan tidak semua orang yang perilakunya jelek tidak mempunyai perilaku yang baik.

10 Tips Menjaga Kesehatan Mata

Mata adalah organ tubuh yang sangat penting karena hanya dengan mata lah kita dapat melihat dunia. Namun apa jadinya kalau mata rusak? Tak ada yang ingin mengalaminya bukan? Karena itu, penting bagi kita semua untuk menjaga kesehatan mata agar tidak sampai mengalami gangguan penglihatan atau sakit. Lalu bagaimana caranya?

Berikut ini tips-tipsnya.

1. Makan banyak buah dan sayur, terutama yang mengandung banyak vitamin A seperti tomat dan wortel. Selain itu, kandungan beta karoten dalam wortel adalah substansi terbaik untuk menjaga kesehatan mata.

2. Hindari memakai lensa kontak/contact lense lebih dari 19 jam karena hal ini dapat mengakibatkan kerusakan penglihatan secara ekstrim dan membuat mata tidak nyaman.

3. Gunakan tetes mata yang mampu mengatasi alergi seperti mata merah atau gatal-gatal selama musim alergi. Tapi ingat untuk menggunakannya sesekali saja karena penggunaan setiap hari hanya akan membuat kondisi mata memburuk. Baca label aturan pakai dengan teliti. Tidak boleh meneteskan banyak-banyak selama pemakaian lensa kontak. Selain itu, Anda harus berhati-hati memiilih obat tetes mata untuk menghindari kemungkinan bahaya bahan kimianya. Berkonsultasilah dengan dokter Anda terlebih dahulu.

4. Dinginkan 2 potong mentimun, masukkan ke dalam lemari pendingin selama beberapa menit, kemudian letakkan di atas mata dan tekan pelan-pelan selama 10 menit sebelum tidur malam untuk menghindari bengkak saat bangun.

5. Pakai kacamata hitam untuk melindungi mata dari terpaan sinar matahari. Pilih lensa kacamata yang berpolar, bukan hanya yang gelap. Lensa gelap hanya akan membuat pupil mata Anda membesar tanpa melindunginya dari sinar matahari. Terpapar sinar matahari dalam jangka waktu yang lama akan sangat berbahaya untuk penglihatan Anda. Perlindungan yang dilakukan sekarangakan sangat berguna di masa mendatang.

6. Jangan terlalu lama menatap layar komputer karena hal itu akan membuat mata Anda minus. Alihkan pandangan dari layar komputer selama 2 sampai 3 menit agar mata tidak tegang. Lakukan yoga mata setiap jam apabila Anda harus menatap layar komputer selama berjam-jam. Caranya adalah dengan mengedipkan mata 50 kali dengan sangat cepat untuk melatih dan merelakskan otot-otot mata.

7. Gunakan goggle atau pelindung mata lain saat Anda harus berhadapan dengan zat-zat kimia berbahaya atau di tempat yang mungkin mengandung gas-gas berbahaya.

8. Relakskan mata Anda. Lihatlah ke tempat-tempat yang lapang dan didominasi warna hijau untuk memberikan kesegaran.

9. Kunjungi dokter spesialis mata minimal setahun sekali untuk mendapatkan diagnosa tepat tentang penyakit mata, terutama jika penyakit mungkin harus ditangani dengan kaca mata, lensa kontak, atau operasi. Dokter juga akan mengecek mata kering, masalah pada retina, dan bahkan kondisi kesehatan seluruh tubuh seperti diabetes dan tekanan darah tinggi. Beberapa penyakit tanpa gejala seperti glaukoma (yang bisa menyebabkan buta total) juga bisa dideteksi lebih dini.

10. Letakkan dua kantung teh di dalam lemari es, dan setelah Anda pulang kerja, letakkan kedua kantung tersebut di atas mata Anda lalu tekan secara perlahan. Cara ini dapat menyembuhkan mata lelah.

menjaga kesehatan mata, tips menjaga kesehatan mata, cara menjaga kesehatan mata, tips menjaga kesehatan, kesehatan mata, tips kesehatan mata, cara menjaga kesehatan, cara merawat kesehatan mata, memelihara kesehatan mata, merawat kesehatan mata

Membangun Pendidikan Karakter Melalui Kearifan Lokal

Sejarah menunjukkan, masing-masing etnis dan suku memiliki kearifan lokal sendiri. Misalnya saja (untuk tidak menyebut yang ada pada seluruh suku dan etnis di Indonesia), suku Batak kental dengan keterbukaan, Jawa nyaris identik dengan kehalusan, suku Madura memiliki harga diri yang tinggi, dan etnis Cina terkenal dengan keuletan. Lebih dari itu, masing-masing memiliki keakraban dan keramahan dengan lingkungan alam yang mengitari mereka. Kearifan lokal itu tentu tidak muncul serta-merta, tapi berproses panjang sehingga akhirnya terbukti, hal itu mengandung kebaikan bagi kehidupan mereka. Keterujiannya dalam sisi ini membuat kearifan lokal menjadi budaya yang mentradisi, melekat kuat pada kehidupan masyarakat. Artinya, sampai batas tertentu ada nilai-nilai perenial yang berakar kuat pada setiap aspek lokalitas budaya ini. Semua, terlepas dari perbedaan intensitasnya, mengeram visi terciptanya kehidupan bermartabat, sejahtera dan damai. Dalam bingkai kearifan lokal ini, masyarakat bereksistensi, dan berkoeksistensi satu dengan yang lain.
Masyarakat Indonesia sudah sepatutnya untuk kembali kepada jati diri mereka melalui pemaknaan kembali dan rekonstruksi nilai-nilai luhur budaya mereka. Dalam kerangka itu, upaya yang perlu dilakukan adalah menguak makna substantif kearifan lokal. Sebagai misal, keterbukaan dikembangkan dan kontekstualisasikan menjadi kejujuran dan seabreg nilai turunannya yang lain. Kehalusan diformulasi sebagai keramahtamahan yang tulus. Harga diri diletakkan dalam upaya pengembangan prestasi; dan demikian seterusnya. Pada saat yang sama, hasil rekonstruksi ini perlu dibumikan dan disebarluaskan ke dalam seluruh masyarakat sehingga menjadi identitas kokoh bangsa, bukan sekadar menjadi identitas suku atau masyarakat tertentu. Untuk itu, sebuah ketulusan, memang, perlu dijadikan modal dasar bagi segenap unsur bangsa. Ketulusan untuk mengakui kelemahan diri masing-masing, dan ketulusan untuk membuang egoisme, keserakahan, serta mau berbagi dengan yang lain sebagai entitas dari bangsa yang sama. Para elit di berbagai tingkatan perlu menjadi garda depan, bukan dalam ucapan, tapi dalam praksis konkret untuk memulai. kearifan lokal yang digali, dipoles, dikemas dan dipelihara dengan baik bisa berfungsi sebagai alternatif pedoman hidup manusia Indonesia dewasa ini dan dapat digunakan untuk menyaring nilai-nilai baru/asing agar tidak bertentangan dengan kepribadian bangsa dan menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan Sang Khalik, alam sekitar, dan sesamanya (tripita cipta karana). Dan sebagai bangsa yang besar pemilik dan pewaris sah kebudayaan yang adiluhung pula, bercermin pada kaca benggala kearifan para leluhur dapat menolong kita menemukan posisi yang kokoh di arena global ini.
Persoalannya adalah bagaimana mengimplementasikan kearifan lokal untuk membangun pendidikan karakter di sekolah? Oleh karena itu, perlu ada revitalisasi budaya lokal (kearifan lokal) yang relevan untuk membangun pendidikan karakter. Hal ini dikarenakan kearifan lokal di daerah pada gilirannya akan mampu mengantarkan siswa untuk mencintai daerahnya. Kecintaan siswa pada daerahnya akan mewujudkan ketahanan daerah. Ketahanan daerah adalah kemampuan suatu daerah yang ditunjukkan oleh kemampuan warganya untuk menata diri sesuai dengan konsep yang diyakini kebenarannya dengan jiwa yang tangguh, semangat yang tinggi, serta dengan cara memanfaatkan alam secara bijaksana.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2243271-membangun-pendidikan-karakter-melalui-kearifan/#ixzz1jHdVLpR2

Prinsip Human Relation

a) Hindari kebiasaan SOK (salahi, omeli,kritik)
b) Berikan penghargaan yang jujur dan tulus
c) Bangunlah keinginan / kemaan untuk keberhasilan orang lain
d) Berilah perhatian yang sungguh pada orang lain
e) Senyum
f) Ingatlah bahwa nama seseorang bagi pemiliknya merupakan bunyiyang paling indah dan paling penting dalam segala bahasa
g) Jadilah pendengar yang baik
h) Berbicaralah sesuai dengan minat orang lain
i) Buatlah agar orang lain merasa dirinya penting dan lakukanlah dengan tulus

CARA BELAJAR EFEKTIF

By:Faizatur Rohmah
 Belajar adalah tindakan / perilaku yang mengubah perilaku kita menjadi lebih baikdan lebih baik kita lakukan dengan mempraktikannya.
 Prinsip belajar efektif adalah :
• Motivasi
• Konsentrasi (memusatkan fikiran dalam satu titik)
• Adanya pengertian dari apa yang kia pelajari
• Pengulangan
• Adanya manfaat
• Istirahat
• Pemidahan proses belajar
• Ada ekspresi hasil belajar
• Hambatan harus di singkirkan
 Cara untuk lebih mudah mengerti pelajaran :
 Menanyakan pada diri sendiri apa yang kita pelajari
 Membuat ringkasan / skema
 Menghubungkan dengan masalah yang lebih besar /keseluruhan
 Menyusun singkatan
 Bertanya kpada orang lain
 Mengulang pelajaran sekolah dirumah
 Hasilnya di ekpresikan
 Ada minat
 Ber sikap kritis
 Memiliki dorongan yang kuat untuk maju
 Disingkir kan sikap malu
 Harus aktif memikirkan pelajaran
 Laukan yang terbaik
 Tetap dan waktu harus tetap
 Buatlah jadwal

Pelajaran Penting yang Dianggap Remeh

By:Faizatur Rohmah
Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Pelajaran ini dianggap penting karena bahasa adalah alat komunikasi yang paling efektif, sehingga mempermudah para siswa untuk berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tak kalah pentingnya, dengan belajar Bahasa Indonesia akan membuat para siswa semakin terampil berbahasa dengan begitu mereka semakin mahir berbahasa. Kemahiran berbahasa memerlukan pola alternatif baru yang lebih variatif. Dengan lebih variatifnya metode dan teknik yang disajikan diharapkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia meningkat dan memperlihatkan antusias yang tinggi.
Sebagai pelajaran yang penting tak heran jika Bahasa Indonesia diberikan sejak di bangku SD hingga lulus SMA. Dari situ diharapkan para siswa dapat menguasai dan memahami keterampilan berbahasa, seperti menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang disebut caturtunggal. Di samping itu, setiap keterampilan berbahasa tersebut sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga sangat rugi jika para siswa tidak dapat menguasainya. Tarigan (1985:1) menyatakan bahwa “keterampilan berbahasa hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan”.
Kenyataan yang berkembang di Indonesia, pelajaran Bahasa Indonesia kurang adanya antusias yang tinggi dari para siswa. Pada umumnya siswa menempatkan pelajaran bahasa Indonesia pada urutan buncit, yaitu setelah pelajaran eksak dan beberapa ilmu sosial lain. Banyak para siswa yang menganggap remeh pelajaran Bahasa Indonesia, sehingga pelajaran ini menjadi kalah penting dibanding dengan pelajaran lain. Menyoroti masalah ini peran guru Bahasa Indonesia juga sangat penting, mengingat guru merupakan tokoh sentral dalam pengajaran.
Harras (1994) memberikan penjelasan peranan penting guru pada uraian berikut ini.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia, dilaporkannya bahwa guru merupakan faktor determinan penyebab rendahnya mutu pendidikan di suatu sekolah. Begitu pula penelitian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Education Achievement menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat penguasaan guru terhadap bahan yang diajarkan dengan pencapaian prestasi para siswanya.

Dari uraian diatas dapat diketahui penguasaan guru terhadap bahan yang diajarkan mempengaruhi prestasi siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, sebaiknya seorang guru dapat menguasai materi yang akan diajarkan pada siswa. Disamping itu, seorang guru juga diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa siswa dan khususnya dapat meningkatkan antusias para siswa dalam belajar Bahasa Indonesia. “Dalam penelitiannya tentang kesiapan guru Bahasa Indonesia, menemukan bahwa kemampuan mereka masih kurang. Kekurangan itu antara lain pada pemahaman, tujuan pengajaran, kemampuan mengembangkan program pengajaran, dan penyusunan serta penyelenggaraan tes hasil belajar. … . Koleksi buku di perpustakaan yang tidak memadai juga merupakan salah satu hambatan bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah perpustakaan sekolah hanya berisi buku paket yang membuat siswa malas mengembangkan minat baca dan wawasan mereka lebih jauh. Menyadari peran penting pendidikan bahasa Indonesia, pemerintah seharusnya terus berusaha meningkatkan mutu pendidikan tersebut” (Sarwaji, 1996).
Mengenai mutu pendidikan di Indonesia, perhatian dari pemerintah masih sangat minim. Hal ini tergambar dari beragamnya masalah pendidikan yang rumit, seperti kualitas siswa yang masih rendah, pengajar yang kurang professional, biaya pendidikan yang mahal, dan lain sebagainya. Muliani (2010) menyatakan bahwa pendidikan yang bermutu hanya untuk orang kaya. Jika dicermati dari masalah tersebut, banyak sekali masalah pendidikan di Indonesia yang harus diselesaikan, sehingga perlu ada tindakan tegas dari pemerintah.
Daftar Rujukan:
Alfianto. A. 2009. Sekolah sebagai Tangan-tangan Peradaban Masa Depan, (Online), (http://asepadpend.wordpress.com/about/), diakses pada 18 Desember 2011.
Muliani. 2010. Masalah pendidikan di Indonesia, (Online), (http://perpuspdf.wordpress.com/2010/03/16/masalah-pendidikan-diindonesia), diakses pada 18 Desember 2011.
Tarigan, H.G. 1986. Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Faizatur Rohmah - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger